Many Things Happened

Naomi Indira
Chapter #8

CHAPTER 7 : PERTEMUAN, KEPULANGAN, PELEPASAN

CHAPTER 7 : PERTEMUAN, KEPULANGAN, PELEPASAN

 

  Para tentara menuju David yang sudah tak sadarkan diri dan James yang sedang ada di dekat David, sebagian dari mereka menjaga para tahanan namun sebagian yang lain mengurus David. Aku melihat juga para tim medis merawat wanita yang tadi di tembak, memberikannya pertolongan pertama.

“T-TOLONG ANGKAT TEMANKU, AYO BAWA DIA KE RUMAH SAKIT !!!”

“SIAP !”

  Orang orang itu pada akhirnya bersiap mengangkat David lalu menaiki mobil. Setelah memastikan semuanya aman dan selamat, kami pun berangkat. Dua orang tadi, James dan David dibawa oleh sebuah mobil khusus. Aku ingin berpindah mobil karena aku penasaran dengan keadaan mereka. Aku kemudian menawarkan diri untuk ikut dengan mereka supaya.

“M-maaf, permisi, apa aku boleh ikut dengan kalian ?”

“Eh, b-boleh.”

  Syukurlah ternyata aku diperbolehkan ikut. Aku belum melihat wajah tentara yang dipanggil James ini sepenuhnya, namun aku seperti mengenal suaranya. Aku sepertinya pernah mendengar suara itu. Dia masih mengenakan helm sambil menangisi temannya yang bernama David.

“A-anu sepertinya aku mengenal suaramu.”

“Hm ? Kau kenal aku ?”

“T-tidak aku hanya mengenal suaramu, bisa kau buka helm mu sebentar ?”

“Bisa.”

  Dia membuka helm nya dan aku terkejut sekali karena ternyata dia adalah seorang yang aku kenal. Aku mengenal dia dengan sangat baik karena kita pernah saling mengenal satu sama lain beberapa tahun lalu.

“A- Alexio ?!”

“Hm ? Kau.. CLEMENT !?”

“ALEXIO !!! KENAPA KAU BISA BERADA DISINI ?! KAU SEORANG INTELIJEN ?!”

“YA ! MAAF AKU TIDAK MENGENALIMU TADI, AKU MASIH BERSEDIH DAN AKU TIDAK MELIHAT WAJAHMU DENGAN JELAS, KAU BERUBAH DRASTIS YA ?”

“Ya Alexio, aku tidak percaya kau seorang intelijen, terima kasih sudah menyelamatkan aku dan juga jemaat jemaatku.”

“A-apa ? Jadi kau sekarang pendeta ?”

“Aku belum lulus sepenuhnya, aku masih sekolah Theologi, dan aku memang akan menjadi seorang pendeta kelak.”

“Benarkah ? Kau sangat keren Clement, kau gagal masuk perguruan tinggi negeri tapi kau sekarang adalah seorang pendeta.”

“Aku hanya mengikuti saranmu, Alexio, aku ingin melayani, aku percaya karunia yang diberikan Tuhan kepadaku ini adalah karunia agar aku bisa menyebarkan injil Tuhan ke seluruh dunia. Aku baru saja pergi untuk melakukan pelayanan di beberapa negara rawan kemarin. Seperti India, Pakistan, Iran, Suriah, dan yang terakhir adalah Nigeria. Aku sendiri tidak percaya hal seperti ini akan terjadi. Aku terpisah dari Pastor yang pergi bersamaku, yaitu Pastor Leon, aku tidak tahu apakah dia masih hidup atau tidak.”

“Masih, tadi dia mengenakan baju pendeta bukan ? Tadi aku yang menyelamatkannya. Aku rasa dia memang membutuhkan bantuan, dia mengalami luka luka di tubuhnya, semacam luka goresan, sepertinya dia diancam habis habisan. Aku tidak paham kenapa hal seperti ini terjadi pada orang orang malang seperti kalian.”

  Aku hanya dapat tersenyum mendengarkan hal tersebut. Aku ingin menjelaskan kembali terkait ajaran kasih. Aku selalu menekankan hal tersebut karena itu adalah hal yang perlu ditekankan dalam ajaran kekristenan. Kasih kepada sesama manusia.

“Alexio, tidak masalah apakah kami ditindas atau tidak, kami selalu diajarkan untuk mengasihi sesama. Mengampuni adalah jalan terbaik. Mendoakan musuh, itulah yang terpenting. Tuhan berkata, apabila kamu ditampar di pipi kirimu, berikanlah pipi kananmu. Aku melihat kau sangat terpukul karena temanmu David, aku ingin mengingatkan kamu supaya kamu tidak bersedih. Aku harap, kita bisa berdoa bersama-sama, baik mendoakan David, maupun para militan tersebut.”

“Clement, berat rasanya, David adalah teman setiaku selama kami masih berada di sekolah intelijen. Kami selalu bersama, pergi kemanapun bersama, makan bersama, bermain bersama, bercanda bersama, liburan bersama, tidak ada rahasia di antara kami. Kami tidak pernah menutupi rahasia satu sama lain. Namun, kami juga tetap mempertahankan privasi dan saling menghargai satu sama lain. Kami juga sering pergi ke gereja bersama, walaupun kami sudah bekerja sebagai agen intelijen, kami masih bermain layaknya anak kecil ketika kami bersama.”

“Wah, kalian benar benar akrab. Itulah hubungan persahabatan yang sesungguhnya, aku harap hubunganmu dengan David tetap membaik ya.”

“T-tapi Clement, dia terluka parah, aku memiliki firasat buruk tentangnya.”

“Shhh, jangan berpikiran seperti itu, sekarang yang bisa kita lakukan adalah menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Tetap berdoa. Ketika kamu terpuruk dan membutuhkan pertolongan, namun kamu menyerahkan semuanya sepenuhnya kepada Tuhan, Tuhan pasti akan menolongmu. Kamu ingat saat aku tidak diterima di PTN ? Aku begitu terpuruk, ayahku tertabrak kereta, namun semua indah pada waktunya ketika pada akhirnya aku bisa kuliah gratis, tidak mengeluarkan biaya sepeserpun kecuali biaya transportasi. Aku juga bersyukur bisa mendoakan orang dan menjadi berkat bagi banyak orang melalui pelayanan dan penginjilanku. Aku menguatkan orang untuk terus bergantung pada Tuhan.”

“Clement, sepertinya aku akan sangat hancur bila harus kehilangan temanku David. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kepadaku apabila dia kehilangan nyawanya. Aku bahkan tidak berani dan tidak tega melihat apa yang sedang dokter lakukan kepadanya sekarang.”

“Seperti yang sudah aku katakan, berdoalah, maka kamu akan kuat kembali.”

“Baiklah.”

  Kami pada akhirnya sampai di rumah sakit. Kami mendapatkan kabar bahwa David kehilangan sangat banyak darah karena dia mengalami pendarahan di berbagai titik. Dia sangat membutuhkan darah. Tekanan darahnya tidak stabil. Dokter di rumah sakit tersebut meminta sekantung darah untuk Martin karena sepertinya dia hampir kehabisan darah. Tidak hanya pendarahan, namun dia juga mengalami keretakan tulang karena saat bom meledak, dia terpental jauh menyebabkan dia terkapar lemas dan tidak bisa bergerak. Dia juga mengalami luka bakar di bagian wajahnya, karena saat kejadian tersebut, hanya bagian kepalanya yang tidak tertutupi, jadi dia mengalami luka berat.

“Doctor, doctor please help my friend, please.”

“Okay, but we need a bag of blood with blood type A.”

“W-What ?”

  Alexio terlihat begitu bingung karena golongan darahnya adalah B. Dia nampaknya dengan panik berlari mencari salah seorang teman intelijennya yang memiliki golongan darah A namun tidak menemukannya. Dia terlalu tergesa gesa sampai dia lupa bertanya kepadaku. Kalau dalam 10 menit lagi tidak ditangani, keadaan David akan semakin memburuk dan dia kemungkinan besar akan mati.

“H-HEIII ADAKAH DARI ANTARA KALIAN YANG MEMILIKI GOLONGAN DARAH TIPE A ? TOLONG, TEMANKU MEMBUTUHKAN PERTOLONGAN !!”

“ALEXIO !!”

“CLEMENT ! APA KAU MEMILIKI GOLONGAN DARAH A ?”

“YA, GOLONGAN DARAHKU A, AKU AKU MENDONORKAN DARAHKU UNTUK TEMANMU !”

“TERIMA KASIH ALEXIO !”

  Aku melihat Alexio memberitahu dokter bahwa aku memiliki golongan darah A. Aku kemudian dipanggil dokter tersebut untuk pergi ke sebuah ruangan kemudian dia mulai menguji apakah golongan darahku benar A. Setelah uji tersebut, ternyata memang terbukti bahwa golongan darahku memang A. Dokter mulai mengambil darahku. Dia mengambilnya hingga satu kantung penuh dengan darah. Dengan segera dia membawanya ke ruangan tempat dimana David dirawat lalu memberikannya kepada David.

“A- Alexio, aku sudah selesai mendonorkan darahku.”

“Terima kasih Clement, aku tidak tahu lagi apa yang akan aku lakukan bila tidak bertemu denganmu.”

“Ya Alexio, tidak apa apa, aku selalu mengusahakan yang terbaik untukmu, kau adalah sahabatku dan aku akan terus menganggapmu sebagai sahabatku. Omong – omong, aku mencari Pastor Leon, aku belum menemukannya.”

“T-TADI ! TADI AKU BERPAPASAN DENGANNYA, DIA ADA DI RUANGAN DI, HMM AKU LUPA, NAMUN SEINGATKU DIA DIBAWA KE ATAS, DI LANTAI DUA.”

“A-aku akan bertanya pada dokter atau bagian administrasi.”

  Aku pergi ke bagian administrasi kemudian dengan segera aku bertanya, apakah mereka tahu dimana orang yang bernama Leon.

“Excuse me, do you know Mr. Leon ?”

“Hm ? Mr Leon ? Oh, a pastor right ?”

“YES ! RIGHT ! WHERE IS HIM ?”

“He is on the second floor, room 32, you can go there.”

“Okay, thank you very much !”

  Aku segera pergi ke lantai dua ruangan 32. Aku mencari Pastor Leon karena aku sangat penasaran apakah Pastor baik baik saja. Ketika sudah sampai di depan ruangan dari Pastor Leon, aku mengetuk pintunya kemudian aku mendengar suara Pastor dari dalam.

Tok Tok Tok Tok

“Come in.”

“Pastor ? PASTOR LEON !! KAU TIDAK APA APA ?”

“Hahaha, Clement, calm down, aku tidak apa apa, bagaimana denganmu ?”

“Kalau tidak apa apa kau tidak akan berada disini, Pastor, aku dengar kau terluka parah, banyak luka goresan padamu, apakah hal tersebut benar ?”

“Benar Clement, aku mengalami beberapa luka goresan, namun kau tidak perlu terlalu khawatir padaku, aku sudah dijahit.”

“Apa yang mereka lakukan padamu Pastor ?”

“Ceritanya panjang, seperti yang kau tahu saja, mereka mengancam dan terus mengancam. Mereka membunuh tepat dihadapanku. Lihat di pakaianku ini ? Ada darah, dan ini bukan darahku Clement, ini adalah cipratan darah dari orang yang dibunuh dan dipenggal tepat di hadapanku.”

“B-Benarkah ? Berapa orang yang kau lihat dibunuh Pastor ?”

“Ada sekitar tiga sampai empat orang. Mereka mengancam dan ketika beberapa orang memberontak, tanpa aba aba mereka langsung menembaknya. Mereka benar benar tidak memiliki kasih. Satu orang dipenggal tepat di hadapanku. Aku tidak tahu kenapa aku hanya mendapatkan luka goresan. Mereka bermaksud menyiksaku, namun aku merasa tidak apa apa. Mereka sengaja membuat goresan goresan yang panjang dan dalam. Kata dokter salah satu lukaku infeksi, jadi aku harus melakukan pemulihan terhadap lukaku.”

“Pastor, syukurlah, Puji Tuhan kau tidak apa apa, semoga lukamu cepat sembuh.”

“Terima kasih Clement, omong – omong, apa yang habis kau lakukan ? Kau terlihat tidak terluka apapun Clement.”

“Pastor aku sangat bersyukur karena mereka tidak melukaiku sama sekali. Mereka hanya mengancam namun tidak melukaiku sama sekali. Aku sangat bersyukur atas hal itu pastor.”

“Lalu ? Apalagi hal yang terjadi ?”

“Aku.. aku kehilangan ponselku, aku tidak bisa mengabari Andrea dan Ibuku terkait keadaan kita. Namun, aku bertemu dengan seseorang yang tidak aku sangka sangka pastor.”

“Siapa ? Siapa yang kau temui Clement ?”

“Aku bertemu dengan teman lamaku sebelum aku belum masuk kuliah. Dan hal tersebut adalah keajaiban karena dia adalah orang yang menyelamatkan kita karena dia adalah salah satu dari tentara yang tadi. Dia ketuanya, dia adalah agen intelijen, dan namanya adalah Alexio, namun dia dipanggil James.”

“Wah, sebuah kebetulan yang sama sekali tidak terduga Clement, siapa yang menyangka orang yang menjadi temanmu sebelum kalian masuk kuliah menjadi penyelamat ketika kamu sedang dalam bahaya.”

“Aku juga tidak menyangka hal tersebut terjadi Pastor, ini semua terlalu mengejutkan bagiku.”

“Clement, lihatlah bagaimana Tuhan bekerja dalam hidupmu.”

“Ya, aku sudah melihatnya Pastor. Oh iya pastor, aku ingin menjenguk temanku yang bernama David tadi, dia adalah teman dari Alexio, dia yang tadi membawa bom dan menyelamatkan kita semua dari ledakan. Aku akan kembali kesini ketika nanti sudah selesai Pastor.”

“Baiklah, aku akan menunggumu, aku akan istirahat sebentar.”

“Baik pastor.”

  Aku kembali ke arah Alexio, aku kemudian mencari mereka dan mencoba untuk menyelesaikan permasalahan ini.

“ALEXIOOO !! BAGAIMANA KEADAAN TEMANMU ?”

“Clement ! David, dia sudah ditangani, namun dia masih koma sekarang, aku sangat sedih Clement, aku tidak tahu harus melakukan apalagi. Aku begitu sedih temanku mengalami koma, aku sangat takut dia tidak selamat Clement !”

“Tidak, tidak, temanmu pasti selamat.”

“Tidak, melihatnya saja sudah cukup parah, aku tidak yakin !”

“Kau harus yakin ! Kau pasti bisa !”

“Ayo, kemari dan berdoa bersamaku.”

“Baiklah, baiklah.”

  Kami pergi ke kamar tempat dimana David dirawat, dia memang belum siuman dan belum sadarkan diri. Semoga saja dia cepat siuman sehingga semuanya dapat tertangani dengan baik.

“David, permisi, aku adalah teman dari Alexio, aku tahu kamu belum siuman, namun aku ingin mendoakanmu.”

  Alexio kemudian melakukan sikap berdoa, dia kemudian mengikutiku berdoa, dia terlihat sungguh sungguh.

“Kita mulai doanya, Ya Tuhan, terima kasih karena kami masih kembali kesini dalam keadaan yang baik, kami sekarang berdoa ya Tuhan, untuk teman kami David, dia sekarang sedang masa pemulihan, sekarang dia masih koma dan belum siuman, Tuhan tolong bantu dia agar dia dapat berjuang untuk hidup kembali dengan sehat. Kami percaya Tuhan akan kuasa-Mu. Kuasa-Mu sungguh nyata. Amin.”

  Ada suatu hal yang aku sadari, sepertinya aku melihat David tiba tiba membuka matanya. Aku melihat David samar samar sedang membuka matanya. Aku sungguh tidak percaya akan hal ini. Kalau sampai tiba tiba dia membuka matanya, tentu ini adalah sebuah mujizat.

“D-David ?! DAVID KAU SADAR !”

“A-Alexio, dimana ini ?”

“DAVID ! TERIMA KASIH KARENA KAU MENYELAMATKAN KAMI, KAU TELAH MENYELAMATKAN KAMI DARI SEGALA HAL ! KAU MENYELAMATKAN KAMI DARI LEDAKAN ITU, LEDAKAN YANG TADI, KAU INGAT ?”

 Kami pun segera memanggil dokter. Dokter mengatakan ini adalah hal yang sangat langka terjadi mengingat David siuman terlalu cepat. Tidak pernah ada kasus semacam ini sebelumnya. David kehilangan banyak sekali darah tadi dan sekarang dia sudah siuman. Singkat cerita, aku kembali ke Pastor Leon untuk menceritakan hal ini.

“Clement, aku dengar kedutaan besar akan menyiapkan kepulangan kita besok, aku akan melanjutkan pengobatanku di negara kita, maka, kamu siapkanlah semuanya.”

“Baik Pastor.”

 

Keesokan harinya

  Hari ini, aku akan pulang kembali ke Indonesia. Kami kehilangan barang barang kami, namun kami begitu bersyukur karena kami masih diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk tetap kembali ke Indonesia secara hidup hidup. Kami berhasil bertemu dengan keluarga kami kembali di Indonesia. Tadinya sebelum pulang, aku berpamitan kepada Alexio terlebih dahulu. Tentu kami berpisah karena Alexio akan tetap bertugas disana.

 

POV MARTIN

“Martin, Martin, aku akan mengambil jiwamu, kau akan jadi pengikutku.”

“Martin, Martin, aku akan mengambil jiwamu, kau akan jadi pengikutku.”

“Martin, Martin, aku akan mengambil jiwamu, kau akan jadi pengikutku.”

“Martin, Martin, aku akan mengambil jiwamu, kau akan jadi pengikutku.”

“Martin, Martin, aku akan mengambil jiwamu, kau akan jadi pengikutku.”

“Martin, Martin, aku akan mengambil jiwamu, kau akan jadi pengikutku.”

“Martin, Martin, aku akan mengambil jiwamu, kau akan jadi pengikutku.”

“Martin, Martin, aku akan mengambil jiwamu, kau akan jadi pengikutku.”

“Martin, Martin, aku akan mengambil jiwamu, kau akan jadi pengikutku.”

“Martin, Martin, aku akan mengambil jiwamu, kau akan jadi pengikutku.”

“Martin, Martin, aku akan mengambil jiwamu, kau akan jadi pengikutku.”

ARGGHHHH

“SUARA APA ITU ?! HAH”

  Aku baru saja bangun dari tidurku. Aku menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan semua ini. Aku tidak mengerti kenapa kalimat seperti itu semakin lama semakin jelas. Kalimat it uterus menghantuiku setiap saat. Kalimatnya semakin jelas seiring berjalannya waktu. Aku begitu terpuruk mendengarkan kalimat tersebut.

“Martin, Martin, siapkah kau jadi pengikutku ? Aku sudah siap menjadi majikanmu.”

“H-Hah ?”

“Martin, Martin, siapkah kau jadi pengikutku ? Aku sudah siap menjadi majikanmu.”

“DIAMMM”

“Martin, Martin, siapkah kau jadi pengikutku ? Aku sudah siap menjadi majikanmu.”

“SIAPA KAU !? AKU TIDAK AKAN MEMBIARKANMU MENGAMBIL JIWAKU !”

“Martin, Martin, siapkah kau jadi pengikutku ? Aku sudah siap menjadi majikanmu.”

“A-AKU AKAN BERDOA BAPA KAMI, ENYALAH DARIKU.”

“Martin, Martin, siapkah kau jadi pengikutku ? Aku sudah siap menjadi majikanmu.”

“Martin, Martin, siapkah kau jadi pengikutku ? Aku sudah siap menjadi majikanmu.”

  Aku akan berdoa Bapa Kami sebanyak 7 kali, semoga itu dapat manjur. Aku benar benar frustasi menghadapi semua ini.

“Bapa kami yang ada di surga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga. dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat. Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.”

“Bapa kami yang ada di surga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga. dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat. Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.”

“Bapa kami yang ada di surga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga. dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat. Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.”

“Bapa kami yang ada di surga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga. dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat. Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.”

“Bapa kami yang ada di surga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga. dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat. Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.”

“Bapa kami yang ada di surga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga. dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat. Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.”

“Bapa kami yang ada di surga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga. dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat. Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.”

  Aku tidak mau mendengar suara itu lagi, aku tidak mau, aku tidak mau mendengar suara itu lagi. Aku sudah mendengar suara itu hampir satu bulan, aku yakin itu adalah suara iblis. Aku tidak akan menuruti suara suara iblis, aku tidak mau menuruti suara iblis.

“Martin, Martin, kau tidak dapat menyangkal suaraku. Kau akan menjadi pengikutku karena kau sudah membuat perjanjian denganku, apakah kau tidak mengingatnya ?”

“ARGHHH, PERGILAH SUARA ANEH ! AKU TIDAK AKAN MENURUTI PERINTAHMU !”

“Martin, Martin, kau tidak dapat menyangkal suaraku. Kau akan menjadi pengikutku karena kau sudah membuat perjanjian denganku, apakah kau tidak mengingatnya ?”

“Martin, Martin, kau tidak dapat menyangkal suaraku. Kau akan menjadi pengikutku karena kau sudah membuat perjanjian denganku, apakah kau tidak mengingatnya ?”

“Martin, Martin, kau tidak dapat menyangkal suaraku. Kau akan menjadi pengikutku karena kau sudah membuat perjanjian denganku, apakah kau tidak mengingatnya ?”

“Martin, Martin, kau tidak dapat menyangkal suaraku. Kau akan menjadi pengikutku karena kau sudah membuat perjanjian denganku, apakah kau tidak mengingatnya ?”

“Martin, Martin, kau tidak dapat menyangkal suaraku. Kau akan menjadi pengikutku karena kau sudah membuat perjanjian denganku, apakah kau tidak mengingatnya ?”

“Martin, Martin, kau tidak dapat menyangkal suaraku. Kau akan menjadi pengikutku karena kau sudah membuat perjanjian denganku, apakah kau tidak mengingatnya ?”

“ENYALAH IBLIS !!! ENYALAH DARIKU ! AKU TIDAK INGIN MENDENGARKAN SUARAMU SAMA SEKALI ! AKU AKAN KELUAR DARI RUMAH INI !!”

“Kau tidak bisa mengusir kami Martin.”

“K-kami ?!”

“Kau tidak bisa mengusir kami Martin.”

Lihat selengkapnya