06 September 2016
Langit cerah menghiasi Selasa pagi di Jakarta. Warnanya biru dan pastinya bukan tanda dari kesedihan. Sinar mentari pun menari diantara udara bercampur debu. Mengingatkan akan suatu hal yang baik akan terjadi.
Lincoln, anak blasteran Indonesia-Inggris tengah menatap layar ponsel di kursi belakang taksi. Melihat puluhan notifikasi yang masuk sekitar dua menit yang lalu. Kemudian, jarinya asik menekan satu per satu pesan singkat. Rata-rata terbilang basa-basi. Namun, satu pesan singkat membuatnya tersenyum. Dari orangtuanya.
Hari ini, Lincoln akan meninggalkan Indonesia untuk sementara waktu. Orangtuanya telah mendaftarkannya di University of Chicago, salah satu kampus terbaik di Amerika Serikat. Mereka berharap anak sulungnya itu bisa meraih cita-cita disana.
Perjalanan dari Jakarta ke Bandara Soekarno-Hatta cukup ditempuh dengan 20 menit saja. Tak banyak mobil yang berkendara hari ini. Mungkin karena sekarang sudah jam 9. Biasanya, di jam ini, macet mulai menyuarakan haknya. Taksi yang ditumpangi Lincoln beserta koper hitam miliknya berhenti di pintu masuk bandara dengan sempurna.
"Mas, sudah sampai," ucap sang supir taksi pelan. Lincoln terdiam. Matanya masih tertuju ke benda elektronik yang dipegangnya itu.
"Mas, halo?" panggil sang supir.