MARAKAYANGAN: Yang Tertolak Dua Dunia

Trippleju
Chapter #1

Nasihat

"Ada yang tidak diterima di dunia manusia maupun di dunia lain, yaitu orang munafik yang terkutuk karena bersekutu dengan selain Tuhan-Nya."

Jeritan perempuan itu berangsur melemah, berakhir dengan seringaian di wajah pucatnya setelah dimantrai dengan ayat-ayat suci.

***

"Kasus baru, Den! Lagi panas di sosial media!"

Kertas-kertas putih di dalam amplop coklat itu menyentuh kasar meja di hadapannya. Hampir saja isi dari amplop tersebut menghambur keluar dari pembungkusnya dan menyentuh secangkir kopi hitam yang masih penuh, tidak berkurang sedikit pun sejak pukul dua belas siang ketika kopi itu disuguhkan.

"Kalau kita berhasil usut tuntas kasus ini, rating perusahaan kita bakal naik, Den! Gak cuma perusahaan, tapi lu juga bisa naik daun!" ujar pemuda berperawakan tinggi itu sembari menunjuk pemuda lain di belakang meja kerjanya yang tengah fokus membiarkan jemarinya menari di atas keyboard komputer.

Merasa tidak ada tanggapan, lelaki itu melemparkan topi bucket bergaya bohemian yang selalu menjadi ciri khasnya itu ke arah pria yang masih berkutat di depan monitor komputer. Pria yang memakai nametag bertuliskan Aden Pranatahya itu hanya melirik sekilas, kemudian kembali terfokus pada aktivitasnya di layar komputer.

"Den!"

"Hm?"

"Ayolah! Kita sama-sama perbaiki rating kita!" bujuknya.

"Gua gak tertarik, Bob!"

"Ini bukan masalah tertarik atau nggak yang sifatnya personal, lu sebagai jurnalis harus profesional dong, Den!"

"Dan siapa yang bawa gua untuk terjun ke dunia jurnalis ini? Karena dari dulu gua gak pernah berniat sama sekali ada di posisi ini," balasnya dengan nada datar.

"Tapi, ini bed-"

"Kasus kemaren aja belum tuntas, Bob!"

Lelaki bernama lengkap Boby Gaulalahi itu hanya menghentakkan kakinya kesal. Ia selalu merasa kalah ketika berdebat dengan sahabatnya yang satu itu, yang pada akhirnya ia sendirilah yang akan terpojokkan.

Boby mendudukkan dirinya di atas sebuah meja, persis di seberang Aden. Sembari mengusap-usap dagunya yang bersih tanpa bulu, Boby memikirkan ide lain agar Aden bersedia menerima tawarannya.

 "Gua bakal ikut bayar lu!"

Seketika aktivitas Aden di atas keyboard terhenti. Menatap Boby sekilas yang tengah menaik turunkan alisnya menunggu tanggapan Aden.

"Gua gak bisa!"

Boby menghembuskan nafasnya kasar karena merasa kehabisan cara untuk membujuk sahabatnya itu. Kumandang adzan maghrib membuat keduanya terdiam. Membiarkan keheningan menguasai ruangan tersebut yang seharusnya sudah kosong sejak pukul lima.

"Sholat!" perintah Aden yang tak lain ia tujukan kepada orang yang masih termenung di hadapannya.

Boby memutar bola matanya malas. "Gua gak ngerti lagi sama lu. Lu tau tentang banyak hal dan menyuruh orang melakukan sesuatu dimana lu sendiri gak pernah melakukannya. Lu hidup tanpa percaya sama segala sesuatu yang jelas-jelas ada, yang jelas-jelas hidup berdampingan sama lu!"

Lihat selengkapnya