Kematian Ella dengan cara bunuh diri seperti itu menyebabkan kawasan sekitar rumah kos mendadak ramai. Terlebih polisi sudah datang dan pihak keluarga Ella di kampung pun sudah dihubungi—sedang menuju ke lokasi.
Bapak kos, ibu kos dan Mega menjadi orang yang ditanyai terlebih dahulu oleh polisi. Anak-anak kos lain yang menyewa kamar di sana, memutuskan untuk tidak tidur di kos malam ini hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Sementara, tiga orang yang tadi berada di kamar Meranti dan Putri, memilih menumpang di sana karena tidak punya tempat lain yang dituju.
Suara sirine ambulans sudah berbunyi, membawa jasad Ella ke rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut. Kamar yang menjadi saksi gantung diri gadis itu telah dipasangi garis polisi dan ditandai beberapa bagian sebagai titik penting pemeriksaan selanjutnya.
Bapak kos bersandar lemas di sofa ruang tamu di lantai bawah. Ia tak menyangka ada kejadian seperti ini di rumah yang sekaligus menjadi ladang rezeki bagi keluarganya.
Meranti, Putri, Tiwi, Lulu dan Keysha masih syok. Meski berada di dalam bangunan rumah utama, tetapi dinding kamar itu menyatu dengan kamar-kamar kos yang tepat berada di atas teras belakang.
“Aku nggak tahu apa jadinya kos ini setelah Kak Ella bunuh diri,” ucap Putri memulai pembicaraan. Ia tengah berbaring di kasur miliknya. Sedangkan Meranti masih duduk di dekat jendela bersama Tiwi, Lulu dan Keysha.
“Entahlah. Aku takut jadinya balik ke kamar. Ini kayaknya mau pindah kos aja. Sampai ditemukan, boleh nggak aku numpang di kamar kalian? Janji nggak lama.”
Keysha sudah lebih dulu menyatakan maksud. Biar bagaimana pun, kasus bunuh diri bukan hal sembarangan yang bisa disepelekan begitu saja. Pasti ada hal buruk yang tertinggal. Cara matinya tidak wajar soalnya.
“Aku, sih, nggak masalah. Meranti gimana?” Putri mendongak, menatap sahabatnya yang sejak tadi diam membisu.
Gadis yang disebut namanya, tersentak. Lalu menatap pada wajah-wajah yang tengah menoleh ke arahnya.
“Kenapa?” tanyanya bingung.
“Kayaknya, aku juga mau numpang sampai dapat kos baru, Mer, Put.” Tiwi ikutan.
“Aku juga.” Lulu tidak mau ketinggalan.
“Ya udah, nggak apa-apa. Ini kan masih ada space buat kalian tidur. Itu, aku punya kasur santai.”
Putri menunjuk sudut pintu.
“Ya, kalian tidur aja di sini. Nggak apa-apa.”
Meranti tersenyum canggung. Hari ini, sudah dua kali ia melihat kematian orang lain. Bahkan jelas terekam betapa tersiksanya ekspresi mereka saat menghadapi kematian. Hal ini terus terpikir oleh gadis itu hingga membuatnya jadi tak banyak bicara.
“Kalian tahu kenapa Kak Ella sampai bunuh diri?” tanya Putri pada Keysha, Tiwi dan Lulu, yang secara kamar kos, berdekatan dengan Ella. Mereka juga sering mengobrol di beranda lantai dua.