MARAPI

Da Pink
Chapter #17

#17. Penipuan

Langit sudah melewatkan teriknya. Mentari mulai beringsut, sedikit demi sedikit bergeser ke ufuk barat. Meranti masih menikmati suasana duduk di taman sekitar Jam Gadang. Ia tak berniat ke mana-mana selain hanya melihat orang ramai di sini. Mario pun sama. Ia mengikuti kemauan sahabatnya hingga ponsel itu berdering.

Cepat dirogohnya saku celana. Lalu, terdiam sejenak saat menatap layar HP. Meranti di sebelah memperhatikan sampai Mario menggeser panel hijau bergambar gagang telepon.

“Ya, Kak.”

“Kamu di mana, Mar?”

Maya yang menelepon.

“Aku lagi di luar.” Tak ingin ketahuan jika dirinya sekarang berada di kampung halaman, Mario menjawab seperti itu. Hari ini, ia hanya ingin bersama dengan Meranti, membuat gadis itu bahagia.

“Ada teman Kak Maya yang liat kamu di Jam Gadang sekarang. Benar begitu?”

Mario memejam sejenak. Setelah itu menatap Meranti yang sekarang tengah menebarkan pandangan ke arah yang lain. Gadis itu tak ingin ikut mendengarkan apa yang saat ini tengah dibicarakan oleh Mario dengan kakaknya.

“Kenapa emangnya, Kak?” Mario balik bertanya.

“Kamu bisa pulang?”

“Buat?”

“Ada yang datang ke rumah. Pengen ngelamar Kakak.”

Dahi Mario mengernyit. “Aku nggak perlu ada nggak masalah ‘kan, Kak? Entar kabari aja kapan acara adatnya dilangsungkan.”

Maksud Mario, acara lamaran yang mesti ia hadiri sebagai salah satu adik dari calon mempelai wanita.

“Kalau kamu lagi di kampung, kenapa nggak singgah sebentar ke rumah?”

“Aku nggak bisa, Kak.”

“Kenapa?”

Maya terus mencecar Mario dengan pertanyaan yang enggan ia jawab—untuk saat ini. Semua itu demi kenyamanan Meranti. Sebab, meski dibawa sekalipun ke rumah, sudah bisa dipastikan keluarganya takkan memberikan sambutan baik kepada Meranti. Atau sebaliknya, gadis itu yang justru tidak nyaman dengan keberadaan dirinya di tengah-tengah keluarga besar Mario. Sedangkan untuk meninggalkan Meranti di suatu tempat sembari ia pulang, itu tidak akan pernah mungkin. Mario sudah kepalang paranoid membayangkan karibnya dengan segala hal yang bisa mengakhiri hidup.

“Aku nggak bisa aja. Aku setuju dengan siapa pun Kakak akan menikah.”

“Mario. Kakak tahu kamu dengan siapa? Nggak bisakah hari ini kamu utamakan kepentingan keluarga kita dulu?”

“Kalau Kakak tahu, seharusnya Kakak nggak perlu minta aku buat pulang sekarang.”

Lihat selengkapnya