MARAPI

Da Pink
Chapter #29

#29. Meranti Untuk Marapi

Hari ketiga proses evakuasi, Rabu tanggal 06 Desember 2023. Mario masih ikut mendaki. Walau raganya sudah sangat lelah. Istirahat kurang, makan pun tidak berselera. Ia belum pulang sejak kembali lagi ke pos BKSDA Gunung Marapi, tanggal 03 Desember 2023 pukul 23.59 WIB.

Kemarin, tanggal 05 Desember 2023, tim gabungan dan para relawan bahkan anggota Mapala dari kampus di Kota Padang ikut turun ke lapangan memberikan bantuan, termasuk dari kampus Mario dan Meranti. Mereka mendapat kabar, jika tersisa dua orang lagi yang belum ditemukan, salah satunya Meranti.

Dari sembilan belas yang tersisa, update informasi per tanggal kemarin, ditemukan tujuh belas orang dengan status MD (meninggal dunia). Sudah bisa dipastikan dua lagi, Meranti dan Mazaya, salah satu mahasiswi dari kampus lain di Kota Padang.

Proses evakuasi hari ini, cukup melelahkan raga semua yang terlibat. Beruntung, bala bantuan dari grup mapala kampus-kampus turut membantu. Lebih dari empat puluh orang yang mendaki. Terdiri dari tiga grup. Masing-masing ditemani oleh aparat TNI dan Polri, plus tim SAR. Selebihnya, warga dan mapala kampus, termasuk Mario.

Padahal, sebelum mendaki, Mario sudah diperingatkan oleh salah satu anggota PMI agar jangan ikut evakuasi lagi. Sebab, kondisinya sudah tampak sangat letih. Namun, Mario tidak mau mengindahkan. Ia sudah berjanji akan menemukan Meranti, sahabat yang sangat dicintai itu. Kali ini, apa pun yang terjadi, meski erupsi masih terus terjadi, ia benar-benar harus mencapai puncak. Ia akan berjalan mendekati kawah. Karena Fikri bilang demikian. Mungkin, karena posisinya yang sangat berbahaya, sehingga belum ada relawan ataupun tim evakuasi lain yang berhasil menemukan.

“Bang, kayaknya udah pucat banget,” sapa salah satu anggota mapala kampus, kepada Mario. Namanya Dodi. Dia kenal dengan Mario, begitu pula sebaliknya.

“Nggak, kok. Biasa aja, Dod,” jawab Mario sambil mencoba tersenyum.

Posisi mereka kini sudah sampai di dekat pintu angin, setelah menanjak hampir empat jam lebih.

“Kenapa Abang nggak ikutan?” Dodi bertanya kembali.

“Ada acara keluarga. Kalau nggak, mungkin Abang juga bakalan ikut, Dod.”

Mario terus berusaha menguatkan hati, raga dan pikiran. Ia tak boleh terlihat lemah di hadapan semua orang. Walau pada hakekatnya, seluruh persendian tubuhnya, sudah ingin menyerah. Hanya tekad dan hati yang kuat saja, membuat kakinya terus berayun menguatkan fisiknya kembali. Terlebih pikiran dan perasaan yang hancur, mengetahui ia hanya sedang berjuang menemukan jasad Meranti. Takkan ada senyum gadis itu yang terlihat saat perjumpaan mereka yang ia yakini terjadi sebentar lagi.

“Saya juga ada kendala izin kemarin dari orangtua, Bang. Kebetulan, ibu saya sakit. Makanya saya diminta nggak ke mana-mana.”

Mario mengangguk. Ia hampir saja terpeleset, jika Dodi tidak segera menahan lengannya.

“Abang nggak apa-apa?”

Lihat selengkapnya