MARAPI

Da Pink
Chapter #32

#32. Buku Harian Meranti

Ponsel Debi berdering. Itu dari Mario. Waktu menunjukkan pukul setengah enam sore. Adik tiri Meranti tersebut masih berada di kampung halaman. Ia belum berangkat ke Padang—izin karena Bu Yuli masih di rumah sakit. Cepat dijawabnya telepon dari Mario. Sebelah tangan mendekap sebuah buku harian berwarna pink. Itu bukan miliknya, tetapi punya Meranti yang tertinggal di kamar yang pernah ditempati saat tinggal di rumah itu.

“Ada apa, Bang?”

“Apa kamu tahu di mana Mera dimakamkan?” tanya Mario tanpa basa-basi.

“Tahu.”

“Kamu di mana?”

“Aku di rumah.”

“Aku akan ke sana. Apa kamu bisa kasih tunjuk ke aku?”

“Tapi ini udah sore banget.” Debi melirik jam di dinding ruang keluarga rumah itu.

“Aku yang akan pergi sendiri. Kamu cukup kasih tahu aja di mana lokasi pastinya.”

“O—oh, ya udah.”

Tak berselang lama, Mario sudah berada di luar pagar. Debi segera membukakan besi pelindung sekaligus menjadi pembatas rumahnya dari luar.

“Masuk dulu, Bang?”

Mario menggeleng. Bahkan ia sama sekali tidak turun dari sepeda motor. “Sebutkan lokasinya. Aku akan segera ke sana.”

Debi mengulum senyum, lalu menyebutkan sebuah lokasi pemakaman umum tak jauh dari tempat tinggal Meranti. Mario mendengarkan dengan seksama, kemudian mengangguk.

“Makasih,” ucapnya bersiap pergi.

Akan tetapi, Debi menahan lengannya. “Sebentar, Bang. Aku mau kasih ini buat Abang.”

Lihat selengkapnya