"Apa hari ini kamu masih mau ikut jalan-jalan dengan saya?" tanya Mario via telepon kepada Lisa, di subuh buta.
Gadis yang tidak menyangka dirinya akan dihubungi kembali oleh Mario, menautkan alis. Sisa perjalanan kemarin tidak meninggalkan jejak apa pun untuk keduanya. Setelah mengantar Lisa pulang sehabis ziarah ke makam Meranti, mereka seperti tak akan berjumpa lagi.
"Bang Mario mau ajak Lisa ke mana memangnya?" Gadis itu balik bertanya.
"Ke suatu tempat."
"Hem, suatu tempat?" Lisa terdengar meragu.
"Saya janji nggak akan nyakitin kamu. Saya hanya ingin merealisasikan apa yang pernah saya janjikan pada mendiang Meranti."
Jawaban dari Mario justru menimbulkan kernyit di dahi Lisa.
"Apa itu, Bang? Kalau boleh Lisa tahu."
"Kalau kamu bersedia, saya akan jemput kamu sekarang."
Bukannya menjawab, Mario malah terkesan mendesak Lisa untuk bersiap.
"Tapi apa dulu?"
"Marapi. Saya akan ngajakin kamu mendaki Marapi. Kamu mau?"
Bola mata Lisa membeliak mendengarnya. Gunung Marapi memang sudah tenang sejak dua tahun silam. Pendakian pun telah dibuka secara resmi awal tahun 2026. Hanya saja, kali ini pihak berwenang benar-benar menegaskan agar tidak ada yang sampai mendekati Tugu Abel. Artinya, pendakian hanya diperbolehkan sampai Cadas saja. Kira-kira berjarak dua jam pendakian lagi menuju puncak.
"Lisa nggak pernah mendaki, Bang. Lisa takut nggak kuat."
"Dulu, Meranti juga bilang kayak gitu. Dia nggak pernah mendaki dan takut nggak kuat. Tapi apa, dia justru bisa mencapai puncak. Saya pernah berjanji akan mengajaknya mendaki Marapi bersama."
Sampai di situ, Mario tak melanjutkan. Ia ingin mendengar jawaban dari Lisa, bersedia atau tidak?
"Baiklah, Bang. Lisa percaya sama Abang."
"Nanti biar saya yang izin sama Mama dan papa kamu."
"Baik, Bang."
Tak menunggu waktu, Mario pun segera bersiap. Ia tak membawa perlengkapan berarti selain minuman dan roti. Ia sudah lama tidak mendaki Marapi. Rasanya grogi. Namun, ada hal yang akan ia lakukan di sana. Sesuatu yang seharusnya diberikan pada Meranti.
*
Petugas di pos pendaftaran sudah memberikan aturan dan batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar selama mendaki. Meski masih sepi, tetapi tetap ada pendaki yang merindu menjejak langkah di tubuh Marapi nan indah.
Lisa berjalan di belakang Mario. Stamina gadis itu cukup bagus. Setiap pos, mereka berhenti.
"Apa kamu masih kuat? Kita hanya akan sampai Cadas."