Malam ini bintang-bintang membanjiri langit semesta. Bintang yang kelap-kelip seakan sedang bahagia. Lain halnya dengan perasaan sedih seorang gadis. Ia duduk di pinggir jendela dengan berbalut sweater coklat berenda. Ia meringkuk sedih memeluk lutut kakinya.Tak terasa pipinya sedikit menghangat.Tetesan demi tetesan air mata kemudian menjadi sangat deras dan diiringi isakan tangis. Membasahi bulu matanya yang panjang dan membuat kelopak matanya menutup mata beriris cokelatnya yang indah. Gadis itu menangis dengan sebuah alasan. Alasan karena sahabatnya meninggalkannya dan persahabatannya tak utuh kembali. Salah satu sahabatnya pulang ke Canada.Canada tempat kelahiran salah satu sahabatnya, Febri.
" Benar saja, pasti laki -laki bule itu memilih kita dari pada keluarga dan tempat kelahirannya untuk ditinggalkan." Gerutu Maret disela tangisnya. Ia menatap langit malam dengan tebaran bintang dengan cahaya kelap- kelipnya yang indah menghiasi cakrawala malam ini. Ia melihat sebuah bintang jatuh dan mencoba meminta sebuah permohonanan. Ada banyak mitos di dunia ini dan ia mencoba menolak untuk tidak mempercayainya. Menurutnya tinggi hati rasanya bila merasa tidak percaya apa yang tidak ia ketahui sama sekali
"Bintang, kalau memang permohonan tentang bintang jatuh itu tidak benar, kali ini aku memohon kepada Tuhan agar aku ingin bertemu dengan sahabatku dan membuat persahabatanku kembali utuh." Sungguh permintaan seorang gadis yang amat sederhana. Ia hanya ingin terus bersama sahabatnya. Maret membuka matanya yang sesaat terpejam. Kalau memang semua itu tidak mungkin, Tuhan bisa membuatnya menjadi mungkin. Begitulah harapannya. Harapan sederhana yang bisa mengubah segalanya.
___________________________
Pagi ini Maret bersiap berangkat ke sekolah. Sesaat ia melongok keluar jendela kamarnya. Ia melihat Mahdra menunggunya diluar. Maret tersenyum, ia bergegas mengambil tas dan bekal sarapannya. Hari ini adalah hari pertama masuk ke SMP. Memang hampa rasanya berdua yang biasanya selalu bertiga bersama. Segalanya seperti kurang berwarna dan kurang ceria.
Sambil berjalan bersama, akhirnya sampai ke sekolah. Sekolah mereka kini ramai dengan para siswa baru dan wali murid. Maret dan Mahdra duduk di pinggir lapangan, sembari Maret memakan bekalnya.
" Mereka didampingi orang tuannya, sedangkan kita bagaimana?" Tanya Maret sambil mengamati segala penjuru lapangan yang ramai dengan orang tua murid. Sambil mengingat bahwa ayahnya yang sangat sibuk dengan pekerjaannya, dan ibunya yang harus mengurus adiknya yang mengidap penyakit Down Syndrom. Down Syndromadalah kelainan genetik yang menyebabkan penderitanya memiliki tingkat kecerdasan yang rendah, dan kelainan fisik yang khas. Sebagian penderita dapat mengalami kelainan yang ringan, tetapi sebagian lainnya dapat mengalami gangguan yang berat hingga menimbulkan penyakit jantung.