Margin

Aliurridha
Chapter #9

Margin #9

28 November 2023

Aku tidak pernah tahu siapa sosok di balik Pajero itu. Pertanyaanku ke Kutil juga tidak dijawabnya. Ia hanya bilang bos kita sangat membenci pengkhianat, dan Bos pasti tahu siapa yang berkhianat. Pasti tahu? Aku tidak mengerti maksudnya. Pengkhianat? Memangnya ada yang berkhianat? Aku bertanya-tanya apakah memang ada pengkhianat di antara kita. Lalu aku teringat Alta. Apakah Alta pengkhianat? Aku tidak tahu dan tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Namun, satu yang pasti, sejak kasus itu, Alta tidak pernah muncul lagi.

Aku sering dibuat bingung dengan Kutil. Sekarang pun begitu. Aku bertanya siapa lelaki Pajero, dan ia malah membahas bosnya. Ketika aku menuntut penjelasan darinya, Kutil malah berkata, semakin sedikit kamu tahu, semakin baik buatmu.

Ah, lagi-lagi jawaban itu!

Aku kembali bertanya soal Alta, kenapa ia tidak pernah muncul lagi setelah kasus itu. Kutil berkata, Alta sedang diamankan. Ia mengatakan itu dengan ringan seolah yang dikatakan itu sekadar informasi tanpa nilai. Aku bertanya apa maksudnya, Kutil tidak menjawab. Ia terus fokus pada layar telepon pintarnya dan memainkan gim yang itu-itu juga. Ia sangat menyukai gim itu. Ia senang sekali setiap berhasil menembak kepala-kepala lawannya di dalam permainan digital itu.

Aku kesal dengan cara Kutil menanggapi pertanyaanku. Aku menuntutnya untuk lebih terbuka. Kutil menjawab, masih dengan kengganan yang sama, Alta sedang disembunyikan Tama. Tama tidak ingin ada masalah dengan anak itu. Sekitar dua minggu anak itu tidak boleh datang ke Posko.

“Itu demi kebaikan dia,” kata Kutil sambil terus memperhatikan layar telepon pintarnya.

“Kamu takut Bosmu akan mengurus dia?” tanyaku.

“Nggak begitu. Ini nggak ada urusannya dengan Bos. Justru dia melindungi kita,” jawab Kutil sekadarnya.

“Melindungi bagaimana? Kalau dia melindungi kita, kenapa Tama repot-repot menyembunyikan Alta?” tuntutku.

Karakter yang dimainkan Kutil mati. Ia memaki lalu melempar telepon pintarnya ke meja. Tidak keras, tetapi cukup membuat aku terkejut. Kemudian ia menyalakan rokok dan menatapku erat-erat.

“Kamu benar-benar ingin tahu?” tanya Kutil.

“Aku punya hak untuk tahu, kan?” balasku.

“Ya, ya. Itu benar. Tapi kamu tidak perlu khawatir. Bos bukan orang jahat.”

“Terus kenapa Tama harus repot-repot?”

Kutil mengisap rokoknya dalam-dalam dan mengembuskannya. “Begini.... kalau lawan kita tahu hubungan kita dengan Alta, mereka bisa pakai itu untuk menjebak kita. Sampai situasinya aman terkendali, anak itu harus sembunyi dulu. Memang postingan itu sudah dihapus. Tapi kalau ada yang melihat postingan itu sebelum dihapus, nanti bisa gawat. Mereka bisa mengincar Alta. Bisa dengan apa saja. Bisa menjebaknya dengan narkoba untuk ujung-ujungnya mengganggu pekerjaan kita.”

“Pekerjaan kita kan legal.”

“Ya, ya, tentu saja legal.”

“Uang-uang itu.”

“Itu ongkos politik.”

Lihat selengkapnya