29 November 2023
Kutil memasukkan aku ke grup WA. Tidak hanya satu grup. Ada delapan grup. Sialan! Tiba-tiba saja aku punya pekerjaan tambahan. Setelah apa yang dikatakannya kemarin, aku berharap Kutil tidak akan menindaklanjuti untuk menambah pekerjaanku. Kemarin Kutil menjelaskan beberapa masalah terkait laporan Koordinator Kecamatan (Koorcam) yang tidak bisa dipercaya, dan setelah itu ia berkata akan memasukkan aku ke grup koordinator. Namun, ia tidak jadi juga memasukkan aku ke dalam grup itu. Mungkin ia sudah lupa, pikirku. Aku datang ke Posko dengan harapan ia benar-benar lupa. Rupanya ia bukan jenis orang yang mudah lupa. Dalam sebuah rapat—ya, Kutil menyebut itu rapat, meski itu lebih terasa seperti pertemuan singkat disambi makan dan minum kopi untuk memarahi bawahan—Kutil memarahi Sunu. Ia kesal karena Sunu dianggap sering kehilangan orientasi, lambat, dan bekerja tidak profesional. Puncaknya ia menyalahi rekrutan-rekrutan Sunu yang kerjanya berantakan.
Sunu membela diri. Ia juga membela orang-orangnya. Sunu berkata, “Tidak semua dari mereka ini sekolah sampai sarjana. Beberapa hanya lulusan SMP dan SMA. Bahkan ada yang lulusan SD. Tapi mereka semangat kerjanya.”
“Mau semangat atau tidak, kalau laporannya nggak jelas, nggak bisa dipercaya. Makanya saya minta kamu perbaiki laporan itu dulu. Cuma itu kerjamu sekarang. Kenapa itu saja kamu nggak bisa kerjakan.”
“Maaf, Bang. Tapi itu terlalu banyak. Saya ndak mungkin bisa melakukannya sendiri. Hampir semuanya ndak bisa bikin laporan.”
“Itu kan sebagian besar rekrutanmu. Kamu harus bertanggungjawab. Harusnya kamu ajari mereka. Itu tugasmu.”
Kutil terus menyalahkan dan Sunu berusaha membela diri.
“Baiklah, Bang. Tapi saya butuh tambahan tenaga untuk itu.”
Kutil menoleh ke arahku. Sunu pun ikut menoleh ke arahku. Setelah itu kesepakatan tercipta, aku diharuskan membantu Sunu merapikan laporan. Begitu Sunu pergi Kutil mengeluhkan kinerja Sunu. “Dulu saya pikir karena dia ketua GMNI Mataram, dia bisa diharapkan. Kader ideologis seperti dia sangat diperlukan. Mereka pasti setia. Karena setia, mereka pasti ulet. Saya yakin benar dia pasti akan berjuang keras. Ternyata.... Ah sudahlah!”
Mulai hari itu aku menjabat staf Koordinator Provinsi, staf Litbang, dan staf pribadi Kutil. Malam itu aku mengutuk ketololanku.
30 November 2023
Tugas baruku adalah memperbaiki laporan yang dibuat para koordinator kecamatan sebelum dikirim ke Litbang. Itu sebenarnya tugas Sunu, tetapi Sunu hampir tidak pernah melakukannya dan langsung meneruskan laporan yang dikirim para koordinator kecamatan itu ke Litbang. Teman-teman Litbang kesulitan membaca laporan yang berantakan itu, dan mereka terpaksa harus bergadang untuk memperbaikinya, sebelum meneruskannya ke Litbang Pusat. Itu membuat laporan seringnya terpaksa diteruskan apa-apa adanya, dan karena laporan diteruskan apa adanya, maka pusat mulai mempertanyakan kinerja kami, dan karena pusat mempertanyakan kinerja kami, maka anggaran kegiatan kami dipantau ketat. Mungkin inilah yang membuat Kutil kesal akhir-akhir ini. Jadi di luar ada orang suruhan Pak Lurah yang memotong jalur distribusi ongkos politik buat gerbong kami, masalah keuangan ini menjadi semakin pelik karena laporan kinerja kami diragukan.
Aku tidak terlalu percaya ketika Kutil mengatakan laporan teman-teman di lapangan seburuk itu hingga keuangan kami macet. Aku juga tidak percaya dengan penjelasan Kutil bahwa orang-orang di pusat mulai meragukan kinerja kami. Tidak, aku yakin bukan itu alasannya. Aku curiga masalah ini muncul karena Kutil tidak bisa mengendalikan diri dalam membelanjakan anggaran kami. Aku sempat mendengar orang-orang dengan samar-samar membicarakan itu. Kemudian Sunu yang menjadi rekan kerja sekaligus atasanku bercerita bahwa sebelum aku bergabung, Kutil memberikan proyek pembangunan jembatan untuk seorang anggota DPRD Provinsi yang sedang mencoba peruntungan mencalonkan diri menjadi DPR RI. Jembatan itu terletak di suatu daerah di Lombok Tengah bagian selatan. Proyek itu bernilai ratusan juta, dan uang ratusan juta yang aku tidak tahu jumlah pastinya itu lenyap dalam waktu beberapa kedipan mata. Bukan lenyap sebenarnya, itu bahasa Sunu saja. Lebih tepatnya uang itu berpindah tangan dalam waktu beberapa kedipan mata.
Meski orang-orang di pusat menerima laporan pertanggungjawaban Kutil, konon mereka mulai mengawasi Kutil. Cerita ini lagi-lagi kudapat dari Sunu. Itulah alasannya aku ragu bahwa masalah ini muncul karena laporan anak-anak di lapangan bermasalah. Namun begitu aku masuk grup dan melihat rupa laporan itu, aku tidak bisa tidak memaki.
Bangsat! Ini apa-apaan?
Baru membaca satu dua laporan, kepalaku sudah berdenyut-denyut. Aku merasa berkunang-kunang menatap laporan itu. Tiba-tiba asam lambungku melonjak dan menumpuk di pangkal kerongkongan. Panas. Kerongkonganku panas. Mual. Aku merasa mual. Aku merasa mual membaca laporan itu. Aku merasa mual membaca laporan itu dan mengutuk diriku sendiri. Aku merasa mual membaca laporan itu dan mengutuk diriku sendiri karena dengan bodohnya menawarkan diriku untuk membantu Kutil. Sialan, orang-orang ini sebenarnya menulis apa? Mereka bahkan tidak tahu apa yang mereka tulis. Kalimat-kalimat kacau dan kata-kata yang tidak mungkin kita temukan dalam bahasa Indonesia yang dapat dimengerti muncul dalam laporan ini. Aku sebut dapat dimengerti karena untuk mencapai baik dan benar, rasanya terlalu jauh. Dan yang paling parah, jumlah kalimat tanpa makna itu sangat banyak. Hampir sembilan puluh persen laporan yang muncul mengandung kalimat seperti itu. Kepalaku semakin pusing saja. Bagaimana tidak, jika kamu membaca tulisan yang seperti ini, kamu juga akan merasakan apa yang kurasakan.
Tlah di laksnakan rapt didesa Meninting rumah bapak Jein. rapat dri ashar sampai magrib di akhiri bagi-bagi 10 biji korek, 20 buah kalender, 5 biji kaos Ganjar-Mahput buat bpak jein utk dibgikan kewarga skitar.
kalau bisa wrga minta ada uang pmbeli rokok dan kopi biar kita enak kumpul2. Jangn lupa coblos nomor 3. hanya Pak ganjar yang peduli orang2 kcil kayak kita.
Demikilahn lporan ini saya kirimkan sebaik-baik. Terimakasih atas kerja sama nya.
TTd korcam Batulayar
Ahmad Jaber