4 Desember 2023
Aku sakit. Tubuhku sepertinya kelelahan. Pekerjaan beberapa hari terakhir memang melelahkan. Tidak hanya tubuhku yang kelelahan, tetapi juga pikiranku. Beban mental dari pekerjaan ini melampaui bayanganku. Aku bertanya ke Kutil apakah hari ini ada tur lapangan, jika ada aku izin lagi karena kondisi tubuhku tidak mau diajak kompromi. Kutil berkata hari ini aman. Aku pun lanjut membereskan laporan tim lapangan hari itu. Laporan anak-anak menjadi lebih rapi. Meski tata bahasa masih kacau, kalimat-kalimat masih banyak yang ambigu, setidaknya apa yang ditulis menjadi lebih bisa dimengerti. Perbaikan hanya seputar hal teknis kebahasaan yang mana masih bisa dimaklumi. Ke depannya aku bisa menghadiri pertemuan Kutil tanpa kerepotan seperti sebelum-sebelumnya. Kutil senang sekali melihat hasil kerjaku, tetapi aku tidak terlalu senang karena Sunu malah jadi tidak mengerjakan apa pun. Aku merasa seperti tukang tambal ban.
Malamnya Kutil menghubungiku, berkata, besok kalau sudah sehat aku diminta datang ke kantor. Besok gajian. Gajian? Aku agak terkejut mendengarnya. Belum juga satu bulan aku bekerja dan sudah akan gajian.
Rasanya kondisi tubuhku tiba-tiba membaik.
5 Desember 2023
Kutil menghubungiku lewat pesan. Ia menanyakan apakah aku bisa ke kantor hari ini atau tidak. Aku berkata, belum bisa. Ia kemudian menanyakan apakah gajiku mau diambil langsung di bendahara atau diambil di dia. Aku berkata jika bisa ditransfer saja.
Kutil meneleponku.
“Sepertinya kemarin aku lupa bilang. Semua gaji dibayarkan cash. Tidak boleh ada transfer,” jelasnya.
“Tidak boleh?” tanyaku.
“Iya, tidak boleh.”
“Kenapa?”
“Uangnya memang datang dalam bentuk cash.”
Aku termenung memikirkan apa yang dikatakannya dan membayangkan alasannya, tetapi aku tidak bisa membayangkan apa pun.
“Tidak masalah, kan?” tanya Kutil.
Tentu saja tidak masalah, balasku.
“Sebaiknya jangan ditabung, disimpan saja di rumah atau dibelanjakan.”
“Kenapa?” tanyaku.
“Tidak apa. Lebih baik begitu.”
Kutil kemudian bertanya lagi, baiknya mana, apakah aku mengambil sendiri di bendahara atau mengambil di dia. Aku berpikir lebih enak jika mengambilnya di Kutil saja.
Kutil menutup telepon.
Seharian itu aku membaca pesan-pesan di grup koordinator lapangan, anak-anak mengeluh dan menanyakan kapan gajian. Ada yang menyindir secara halus, ada yang lebih terang-terangan. Sunu berusaha menenangkan mereka dan berkata bahwa tidak lama lagi mereka akan gajian. Aku tidak mengatakan apa-apa. Aku berkata kepada diriku sendiri, tugasku adalah merapikan laporan, bukan merapikan keluhan-keluhan.
Malam itu kondisi tubuhku membaik.
6 Desember 2023
Aku datang ke Posko, dan begitu tiba, aku melihat Sunu sedang nongkrong di berugak bersama beberapa orang. Ia kelihatan uring-uringan. Wajahnya kontras sekali dengan wajah Angin, Faruk, dan dua anak lain yang aku selalu lupa namanya. Aku menyapa mereka, berbasa-basi, bertanya di mana Kutil. Faruk berkata, Kutil ada di ruangannya.