Margin

Aliurridha
Chapter #18

Margin #18

29 Desember 2023

Aku mulai menyadari bahwa kebenaran tidak terlalu penting dalam pekerjaan ini. Yang dibutuhkan oleh orang-orang di atas sana bukanlah kebenaran, melainkan sebuah narasi bahwa kami di bawah sini benar-benar bekerja. Aku mulai menyadarinya setelah aku melakukan eksperimen, meneruskan laporan yang aku sendiri meragukan kebenarannya. Ternyata laporan itu diterima tanpa ada koreksi.

Aku pun membuat garis batas imajiner antara apa yang bisa dan tidak bisa kulakukan.

 

5 Januari 2024

Hari ini teman-teman dari Lombok Barat gajian. Aku telah meminta Sunu melakukan penghitungan kinerja. Sejak beberapa hari terakhir ini aku menjadi lebih dekat dengan Sunu. Ia memberitahu aku banyak hal terkait orang-orang yang terlibat dalam struktur tubuh TPGM. Ada alasan mengapa ia malas-malasan selama ini. Ternyata ia memendam kesal karena banyak program kerja yang ia tawarkan ke Kutil, tidak diterima. Padahal program kerja itu potensial untuk menjaring pemilih, tetapi Kutil malah menolaknya. Alasannya program itu terlalu banyak mengeluarkan dana, padahal, menurutnya tidak. Yang lebih menyakitkan lagi, setelah itu program yang mirip dengan program kerja yang ditawarkan Sunu muncul dan penanggung jawabnya bukan Sunu. Artinya, ada yang membajak idenya dan mencari untung dengan mencuri idenya. Siapa orang yang dimaksudnya itu, Sunu tidak mau cerita kepadaku. Ia hanya menjelaskan orang-orang itu adalah orang-orang di sekitar Kutil dan Tama.

Setelah itu kami lebih sering bersama. Sunu ternyata tidak semalas yang aku kira. Bersama dengannya aku menerima beberapa anggota baru untuk Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Sumbawa, dan Kabupaten Dompu. Aku merumuskan prosedur penilaian dan pertanyaan-pertanyaan yang perlu diajukan saat wawancara agar kita bisa menjaring orang yang tepat. Namun, karena keterbatasan waktu, kami terpaksa memilih yang cukup punya potensi dan membiarkan realitas menempa mereka untuk menjadi lebih baik.

Hasil performa koordinator kecamatan untuk kabupaten Lombok Barat memuaskan. Data litbang kami menunjukkan Lombok Barat menjadi Kabupaten kedua terproduktif setelah Lombok Tengah. Ia menjadi lebih produktif daripada Lombok Timur yang sebelumnya selalu menjadi Kabupaten terproduktif. Padahal secara jumlah kecamatan, Lombok Barat hanya tiga per empat dari kabupaten Lombok Timur. Karena melihat hasil itu aku memutuskan untuk memberikan bonus kepada beberapa orang koordinator kecamatan yang punya produktivitas lebih baik daripada yang lainnya. Namun, begitu aku mengambil gaji di Bendahara, aku dibuat kecewa. Tidak ada bonus untuk yang performanya bagus.

“Sudah dihubungi Nabil, kan?” tanya Bang Jamal.

“Belum,” kataku.

“Harusnya sudah,” kata Bang Jamal. “Begini, kemarin saya sudah komunikasikan sama Nabil. Katanya untuk kelebihan performa dari data side itu tidak diberi kelebihan bonus. Kalau kita lihat performa mereka, itu memang sudah sesuai dengan KPI.”

“Tapi kan itu sudah saya hitung dengan performa rata-rata di semua kabupaten. Saya bandingkan dan hasilnya sangat jauh. Bagaimana ini, saya sudah terlanjut janji?”

“Coba dikomunikasikan lagi dengan Nabil.”

Aku memperhatikan data itu sekali lagi dan menemukan sesuatu yang mengganggu. “Sebentar. Ini potongannya kena, tapi kenapa bonusnya tidak? Apakah memang seperti itu aturan mainnya?”

“Nah, saya kurang tahu. Mungkin ada baiknya side hubungi Nabil.”

Nada bicara Bang Jamal sedikit meninggi. Mungkin ia terpancing dengan nada bicaraku yang juga tinggi. Mungkin juga ia kesal dengan apa yang kukatakan.

Aku segera menelepon Kutil. Tiga kali aku meneleponnya. Tiga kali pula teleponku tidak diangkat. Aku lantas mengirimkan pesan. Ia membalas. Kemudian aku meneleponnya. Aku mempertanyakan keputusannya. Kutil menjelaskan seperti yang Bang Jamal jelaskan kepadaku, namun dengan bahasa yang lebih komunikatif. Aku masih tidak terima. Aku sudah menabung untuk itu. Uang yang aku kembalikan ke Bang Jamal kemarin itu rencananya akan kuberikan sebagai bonus. Seharusnya tidak masalah karena bonus bisa diambil dari sana. Apalagi ada juga koordinator yang performanya tidak terlalu baik, dan karena itu gajinya dipotong. Bonus juga bisa diambil dari mereka yang gajinya dipotong, dan itu sudah cukup buat bonus untuk koordinator yang performanya baik. Aku sebenarnya sudah menyusun sistem agar sebesar apa bonus dari kinerja mereka akan tertutupi dari potongan yang kinerjanya buruk. Bonus itu tidak akan pernah melebihi potongan karena aku mengambil nilai rata-rata, dan jumlah bonus sudah kurumuskan untuk tidak pernah bisa melebihi jumlah potongan, tetapi Kutil malah merusak sistem yang sudah kubuat. Aku menjadi kehilangan gairah dan membiarkan saja Sunu yang menyelesaikan penggajian. Setelah kegiatan itu selesai, Sunu berkata, “Benar kan yang saya bilang. Uang yang Abang kembalikan tidak keluar lagi.”

Aku benar-benar menyesal telah mengembalikan kelebihan gaji koordinator kota dan kabupaten Bima tempo hari.

 

Lihat selengkapnya