Tin! Tin!
"Win! Cowok mu tuh, sudah datang!" kata Toto.
"Iya, kamu saja yang buka kan pintu, Aku lagi kurang enak badan." Aku menjawab dengan lemah.
Toto menyambut kedatangan Nick. Teman-teman ku, juga merasakan bahwa Aku tidak dalam keadaan baik.
"...Windi, mana?" tanya Nick.
"Lagi di kamar kurang enak badan."
Nick langsung menuju kekamar ku, sambil memegang buah di tangan kanan nya. Aku yang sangat lemah saat itu, hanya bisa merespon Nick dengan jawaban ya dan tidak. Kemudian Nick meninggalkan Aku untuk beristirahat.
Aku istirahat sejenak sebelum terjadi sesuatu hal yang aneh di kamar.
Kreeek! Kreeek!
Duk...! Duk!
Ngeeekk! Ngeeek!
Kursi di kamar bergerak dengan sendirinya. Aku terus mengamati pergerakan benda-benda yang ada di kamar. Aku ingin sekali berteriak sekencang mungkin. Akan tetapi, mulut ku seakan tak mampu untuk bergerak.
Pada saat Aku mendengar seseorang berbisik di telinga kiriku, sontak Aku langsung berdiri dan keluar kamar dengan tergesa-gesa. Hingga Aku mengalami insiden, terjatuh dari tangga rumah. Teman-teman bahkan kekasih ku langsung panik dan membawa Aku ke Rumah sakit. Tangan terkilir, kaki sedikit retak dan bengkak. Aku harus menggunakan kursi roda untuk beberapa saat. Kata Dokter akan segera membaik namun setiap pergerakan akan terbatasi hingga tidak dapat bergerak cepat. Mendengar perkataan Dokter membuat Aku bingung untuk melakukan aktivitas.
Keesokkan harinya Brain pergi keluar rumah untuk membeli sebuah alat yang akan di gunakan saat malam Jumat Kliwon. Kepergian kami ke pulau Jawa bermaksud untuk melakukan eksperimen konyol. Konon katanya di Desa ini memiliki banyak hal mistis yang belum pernah terpecahkan. Hal mistis itu sangat terkenal dimana-mana. Waktu dulu konon katanya pernah terjadi pembunuhan namun tidak pernah di temukan mayat yang telah di bunuh dan menjadi Desa yang angker karena teror hantu atau setan yang menjadi korban pembunuhan.
Sedangkan Aku yang memakai kursi roda ingin berdiri dan berjalan normal. Namun, belum Aku melakukan nya kursi rodaku berjalan dengan sendiri. Aku pun berteriak meminta tolong, akan tetapi tidak ada yang datang menolong. Hingga Aku terjatuh dari tangga depan rumah. Kebetulan Rumah Bude cukup tinggi seperti rumah panggung. Aku terjatuh dan tergores di kening hingga mengeluarkan darah yang cukup banyak karena terbentur batu. Aku mencoba berdiri sendiri dan memanggil teman-teman ku yang berada di dalam rumah. Akan tetap mereka tidak mendengar teriakan minta tolong ku yang cukup keras.
Sampai Brain pulang dan melihat Aku telah berada di bawah. Brain langsung membantu ku dan menggendong masuk tubuh yang sudah tidak berdaya ini.
Kemudian Brain berteriak, "Heh! Mana ini orang di rumah? Woooiii!!"
"...heh! Jangan teriak-teriak kedengaran tetangga!" ucap Sabrina.