Zaman modern begini kok masih ada perjodohan, protesnya dalam hati. Pemuda itu dongkol setengah mati.
“Kita kabur aja, yuk,” ajaknya tiba-tiba. Ditatapnya sang kekasih penuh harap.
“Hah?!” seru Aileen terkejut. “Kamu mengajakku kawin lari?” tanya sang kekasih tak percaya. Dia tak menduga James mempunyai ide senekad itu.
“Siapa yang mengajakmu kawin lari?!” sergah pemuda itu. “Aku cuma mengajakmu minggat.”
Aileen melongo. “Maksudmu kita kabur tanpa ikatan pernikahan begitu? Ogah, ah. Takut!” tolaknya tegas.
Sang kekasih menatapnya jengkel. “Kenapa mesti takut? Kita ini kan sudah dewasa. Bukan anak ingusan lagi. Sudah cukup umur untuk menentukan jalan hidup sendiri.”
“Tapi aku nggak mau menyakiti hati orang tuaku, James. Kalau aku minggat, Papa dan Mama pasti sedih sekali. Aku kan anak mereka satu-satunya,” ucap Aileen beralasan.
Kekasihnya menatapnya tak senang. “Maksudmu orang tuaku nggak akan sedih kalau aku kabur? Mentang-mentang saudaraku banyak. Jadi papa-mamaku pasrah saja kalau salah seorang anaknya pergi membawa lari seorang gadis?” balasnya sengit. Pemuda itu merasa sangat tersinggung.
Lho, kok malah jadi aku yang disalahkan? pikir Aileen galau. Padahal maksudku kan….
“Leen, aku nggak percaya sama omongan cowok yang dijodohkan sama kamu itu,” kata James berterus terang. “Laki-laki itu pada dasarnya lemah. Mana bisa tinggal seatap dengan perempuan yang berstatus sah istrinya tapi tak menyentuhnya sama sekali! That’s bullshit!”
“Lha, kamu sendiri mengajakku kabur,” sela kekasihnya tak mau kalah. “Seandainya kamu nggak sanggup menahan diri dan membuatku hamil gimana?”
“Ya udah. Kita langsung nikah aja. Beres, kan?” balas sang pemuda enteng. Dia menyeringai lebar.
Si gadis melongo. “Jadi kalau aku nggak hamil, kita nggak akan nikah? Itu artinya kita cuma jadi pasangan kumpul kebo?!” tuduhnya sengit. Hatinya mulai merasa jengkel.
James menyeringai. “Bukan begitu maksudku, Sayang. Kamu kan tahu aku sangat mencintaimu,” rayunya gombal.
Dicubitnya lembut hidung mancung sang kekasih. Aileen merajuk manja. Pemuda itu jadi gemas melihatnya. Dengan sigap dikulumnya bibir merah merekah itu penuh gairah. Bibir dan lidah James menari-nari dengan lincahnya. Sang kekasih membalasnya tak kalah bergelora.