Daffa sudah sampai di bank. Usai memakirkan motornya, dia menuju tempat mesin atm berada. Hanya di bank cabang yang menyediakan mesin setor tunai. Yang lainnya hanya bisa tarik dan transfer.
Ruangan mesin atm cukup legang saat itu. Mungkin karena masih pagi, jadi belum banyak nasabah yang datang untuk bertransaksi.
Daffa hanya menunggu beberapa saat untuk mengantre. Ketika sudah gilirannya, dia mengeluarkan dompet dari dalam tas. Mencari kartu atm yang akan digunakan untuk setor tunai.
Mengetahui benda yang dicarinya tidak ada di dalam dompet, Daffa menepuk jidad. "Alamak, atmku ketinggalan di kantor," gerutunya pelan.
Daffa kesal sendiri. Kenapa sifat pelupanya tidak hilang-hilang. Dia benar-benar lupa kalau tadi pagi sebelum buka kantor, dia menyempatkan tarik uang ke mesin atm terdekat untuk membeli obat peredam rasa mual.
Daffa menoleh ke belakang. Seorang bapak-bapak berseragam loreng tengah mengantre. Dia menarik diri dan mempersilahkan bapak tersebut, "Monggo, Pak."
"Loh, kenapa, Mas?"
"ATM saya ketinggalan Pak."
"Oo...." mulut bapak berseragam loreng membeo.
"Mari, Pak," pamit Daffa sembari menundukkan kepala sambil lalu.
"Iya, Mas."
Keluar dari ruangan atm, Daffa menuju parkiran, mencari motornya. Setelah ketemu, dia duduk sejenak di atas jok. Daripada bolak balik ke kantor cuma ambil atm, mending langsung stor tunai ke teller, pikir Daffa. Untuk masalah transfer, dia bisa melalui m-banking di ponselnya setelah uang masuk.
Daffa akhirnya mengurungkan niat untuk mengambil atmnya. Lebih baik antre di dalam bank daripada harus kembali ke kantor. Dia memasuki bank dengan perasaan kesal.
Hari ini hari yang menyebalkan bagi Daffa. Pagi-pagi buta, Adi sudah bikin kesal dirinya. Anak itu kentut sembarangan. Baunya menyebar seantero ruangan, membuat penghuni kamar bangun seketika. Sementara dirinya yang bangun lebih awal, muntah-muntah saking baunya. Hidung Daffa memang sensitif terhadap bau, terutama bau busuk.
Usai Daffa mandi, Bu Kozy, istri Pak Soebagjo menelepon. Minta supaya mengantarnya ke pasar. Belum pakai baju, sudah ada yang merepoti dirinya.
Semenjak keluarga Soebagjo akrab dengan dirinya, entah kenapa keluarga itu seolah bergantung kepadanya terutama Bu Kozy. Apa-apa selalu Daffa yang dimintai tolong. padahal keponakannya banyak.
"Daf, setelah antar Ibu ke pasar, tolong belikan satu kardus aqua tanggung ya. Soalnya di rumah habis. Nanti ada tamu yang datang." Giliran Doktor Soebagjo yang meminta tolong. "Sekalian belikan bear brand. Ini uangnya. Kembaliannya buat kamu saja," katanya menambahkan sembari memberi uang 50 ribu.
"Ini mah, malah kurang Pak kalau buat beli aqua tanggung," kata Daffa sedikit ketus.
Doktor Soebagjo malah cekikikan. "Kurang ya? Ya sudah tambahi pake uang kas. Beli 2 dus sekalian."
Dan lagi, ujung-ujungnya pasti pakai uang kas yayasan buat kebutuhan pribadi Doktor Soebagjo padahal kas yayasan untuk kebutuhan yayasan, beli ATK dan sebagainya. Ah, sudahlah. Mau mendebat, Daffa sadar posisi. Yayasan punya dia, uangnya juga punya dia. Asal pengeluaran dicatat dengan jelas dan terperinci. Beres. Kalau uang kas cepat habis. Jangan salahkan Daffa, Pak!
***