Selang satu menit, Daffa sudah sampai di kampus satu. Tugas selanjutnya menemui Mbak Endah.
Daffa berjalan menuju bilik administratif, ruang kerja Mbak Endah, dan staff lain. Dari balik kaca, Mbak Endah tengah sibuk melototi monitornya.
"Assalamualaikum, Te," sapa Daffa pada perempuan berbibir munggil yang akrab dipanggil Daffa dengan sebutan Tante Endah.
"Waalaikum salam, piye1, Pak Daffa?" jawab Mbak Endah.
"Waalikum salam," sahut Riski dan Vita berbarengan.
"Aku disuruh Bapak minta berkas ndek2 sampean3." Daffa duduk lesehan di belakang kursi Mbak Endah. sebuah kantung plastik bening menarik perhatiannya.
"Berkas apa?" Mbak Endah menoleh ke belakang sembari menaikkan alis. Tidak mengerti berkas apa yang dimaksud.
"Loh, memang gak diomongi sama Bapak, kah?"
"Gak, ih, malah aku diuber-uber minta dibuatkan PPT buat seminarnya besok."
"Aku juga dimintai buat bikin PPT-nya. Sudah selesai malah. Gimana sih Bapak ini, duh, bikin esmosi saja!" Daffa geram. Dia kemudian menyandarkan tubuh ke tembok. Lelah.
"Sebentar. Biar aku telepon orangnya." Mbak Endah menyambar ponselnya. Kemudian menghubungi Doktor Soebagjo.
Tersambung. "Halo, Assalamualaikum, Pak." Mbak Endah mengucap salam.
"Waalaikum salam." Terdengar suara Doktor Soebagjo. Sengaja diloudspeaker agar Daffa juga ikut mendengarkan.
"Daffa ke sini katanya disuruh ambil berkas. Berkas apa ya, Pak?"
"PPT seminar. Apa sudah diprint?" Doktor Soebagjo tanya balik.
"Bilang katanya Daffa sudah dibuatkan?" bisik Daffa memberi intruksi pada Mbak Endah supaya disampaikan.
"Belum. Kan baru kemarin Bapak minta dibuatkan. Jadi belum selesai. Bukannya sudah dibuatkan Daffa?"
"Ya sudah, aku kirim filenya, tolong diprint."
Tut. Sambungan terputus. Tak berapa lama, Mbak Endah mendapat notif wa dari Doktor Soebagjo.
Mbak Endah membuka pesan wa melalui layar monitor. Doktor Sobagjo mengirim file PPT seminar. Dibukanya file tersebut. Daffa turut melihat. Dia cukup terkejut.
"Ini bukan buatanku, Te. PPT yang aku buat tampilannya gak seperti ini." Agaknya Daffa mulai kecewa.
"Terus siapa yang buat?" tanya Mbak Endah.
"Biasa. Paling juga Mbak Murni," tebak Daffa dengan nada ketus seolah pandai meramal. "Coba aja tanyakan kalau gak percaya."
Mbak Endah mengetik pesan, menanyakan siapa yang membuatkan PPT itu dan jawabannya sesuai yang diucapkan Daffa.
"Iya Mbak Murni yang buat." Mbak Endah membenarkan.
"Kalau sudah dibuatkan Mbak Murni kenapa juga nyuruh kita membuat? Bikin capek aja!" Tubuh Daffa melemas. Sia-sia dia membuat PPT kalau ujung-ujungnya yang digunakan justru buatan menantu Doktor Soebagjo.
"Lah iyo, Pak Daffa. Merepotkan kita saja. Dia pikir kita gak punya kerjaan lain apa?" Mbak Endah turut emosi.
"Wong kuwi sue-suene jalok disantet bae. Jemberi wong4!"