Married by Magic

Ikhsan Ardiansyah
Chapter #7

(Bukan) Kencan Pertama

Daffa sudah keluar dari kompleks kampus. Motor matic biru miliknya melaju dengan kecepatan sedang. Diikuti motor matic Diar dengan warna yang senada. Berbeda merk tetapi memiliki warna yang sama. Bukan sebuah kebetulan biasa. Biru adalah warna favorit keduanya!


Di otak Diar dipenuhi tanda tanya besar terhadap pria berhidung mancung di depannya. Orang ini mengajaknya makan atau jalan-jalan atau... 


Jauh banget tempatnya woy! Bahkan Diar sendiri tidak tahu nama daerahnya. Melalui jalan sempit dan berkelok. Diar belum pernah melewati jalan itu sama sekali. Apa pria bertubuh kurus itu sengaja mempermainkan dirinya? 


Awas saja kalau sampai aku dikerjain. Kubuat kau gak bisa nonton doraemon! Diar mengumpat dalam hati. (Tadi, di sela-sela syuting, Diar memergoki Daffa sedang asyik menonton doraemon di kantin melalui ponselnya. Kesimpulannya : Pria dewasa ini masih suka menonton kartun seperti dirinya! Hahaha)


Sampai. Daffa membawa Diar ke sebuah rumah makan langganannya. 


Diar membaca tulisan besar pada banner yang terpasang di pintu masuk rumah makan beraksitektur klasik itu. Ornamennya unik. Ada lampion jaman dulu. Terdapat banyak tulisan aksara Jawa pada kayu vernis yang menempel di dinding batu bata. Menarik. 


Diar tersenyum melihat Daffa yang menstandarkan motor di sebelahnya. Selera pria berbibir tebal ini lumayan. Di luar ekpektasi!


"Ngapain bengong di situ. Ayo masuk," ajak Daffa yang melihat Diar terbengong di tempatnya.


"Hm..."


Diar mengikuti langkah Daffa.


"Kita pilih tempat lesehan ya," kata Daffa.


"Terserah. Yang penting makan," kata Diar pasrah.


"Sebelah sana kosong," tunjuk Daffa pada lesehan paling pojok. 


Tempat lesehan yang dimaksud Daffa di sebelah kiri pintu masuk. Terdapat beberapa blok yang disekat pagar bambu setinggi lutut sebagai pembatas. Lesehannya dibuat lebih tinggi dari lantai dasar.


"Mbak.... Mbak..." Daffa memanggil pramusaji berparas cantik.


"Mau pesan apa Mas, ini daftar menunya." Pramusaji berseragam hitam putih itu memberikan buku menu. Melihat seragamnya, sepertinya karyawan baru. Karena yang lain memakai seragam abu-abu.


"Sebentar ya, Mbak, pilih-pilih dulu," sambar Diar agak sinis. 


Belum lihat menunya apa, sudah ditanya mau pesan apa. Harusnya dikasih daftar menu dulu, baru ditanya mau pesan apa. Duh, waktu training, nih anak tidur 'kah? Diar mengomel dalam hati.


"Aku mau ayam bakar pete.. Sambalnya sambal matang tapi yang soft. Gak terlalu pedas," kata Daffa.


"Kalau aku... sama aja deh. Tapi pakai sambal bawang. Yang pedas ya." Diar menimpali.


"Minumnya, Kak?" tanya pramusaji sambil nulis.


"Aku es jeruk satu," kata Daffa. "Kamu apa?" tanyanya pada Diar.


"Aku jus alpokat sama air mineral kalau ada."


"Baik, Kak. Ada lagi?"


"Tambah jamur crispy, mbak, satu. Kamu mau tambah lagi,1 gak?"


Lihat selengkapnya