Married by Magic

Ikhsan Ardiansyah
Chapter #8

Mengintai

Baru jalan seratus meter, Diar sudah melontarkan makian. Betapa tidak, jalur yang dilewati sekarang berbeda dari sebelumnya. Ini bukan jalan yang tadi. Apa Daffa sengaja membuat Diar bingung?


Diar menyusul, menyejajarkan motornya dengan motor Daffa.


Diar mengangkat kaca helm. "Kamu bawa aku ke mana lagi woe!" serunya dengan nada keras.


Daffa Menoleh lalu menaikkan kaca helm. "Pulang," jawabnya singkat.



"Tapi kan kita tadi gak lewat sini?" protes Diar.


"Sudah diam.. cerewet. Nanti juga sampai kampus," ucap Daffa sambil menarik gas hingga posisi motornya kembali di depan motor Diar.


Diar menghela pasrah. Mengikuti ke mana Daffa membawanya hingga sampai di jalan besar tiba-tiba motor Daffa berhenti. 


Daffa mematikan mesin motornya.


"Ngapain berhenti?" protes Diar lagi.


Tidak menjawab pertanyaan Diar, Daffa malah bertanya balik. "Kamu tahu kan jalan ini?" 


"Iya, tahu. Terus?" Diar belum paham dengan pertanyaan semu Daffa.


"Katanya kamu ada meeting, kamu balik dulu ke kampus."


"Terus kamu mau ke mana?"


"Aku masih ada urusan," ujar Daffa lalu menyalakan kembali motornya. "Kalau ketemu Pak Soebagjo terus nanyain aku, kamu bilang saja aku beli ATK."


"Gak mau. Males banget!" Diar melipat tangannya dengan kesal sembari membuang muka.


Daffa tersenyum tipis. Tak lama, dia menarik gasnya tanpa mengucap sepatah kata.


Diar menoleh ketika mendengar suara motor memburu. Daffa hilang dari pandangan. "Ih.... nyebelin banget tuh orang!" dengusnya sembari meremas tangan dengan gemas.


Teganya dia ninggalin aku sendiri? Seumur-umur belum pernah ada cowok yang pergi ninggalin aku, justru aku yang ninggalin dia! Duh kah. Nyebelin.... Diar meracau seperti orang gila. Akhirnya, ucapan sumpah serapah dan makian keluar dari bibir tipis perempuan bernama Diar.


Sesaat Diar menoleh ke jalan menuju universitas Samudera. Diar tak ada niatan untuk segera kembali ke kampus. Dia justru berpikir menguntit Daffa saja. Ingin tahu apa yang dilakukan pria menyebalkan itu.


Diar menarik gasnya kuat-kuat. Berharap dapat menyusul Daffa yang sudah cukup jauh. Motor maticnya melesat seperti angin dengan kecepatan maksimal. Diar cukup jago dalam berkendara motor. Soal kecepatan adalah permainannya. Tentu saja, karena Diar mantan pembalap. 


Sepertinya penampakan Daffa mulai terlihat di depan mata. Tidak sia-sia Diar menjadi pembalap. Diperkirakan, Daffa memang tidak suka kebut-kebutan. Saat Daffa berkendara kecepatannya tidak kurang dari 60 km/jam.

Lihat selengkapnya