Daffa mendekati Diar. Perasaannya tidak enak. Apa perkataannya tadi telah menyinggung Diar hingga membuatnya menangis?
"Kamu kenapa, Miss? Apa kamu baik-baik saja?" tanya Daffa hati-hati.
Tidak ada suara. Diar tidak menanggapi. Jangan katakan kalau dia tidak mendengar ucapan Daffa!
Hello, intonasi suara Daffa terdengar jelas dan cukup nyaring. Lagi pula Diar bukan tunarungu! Atau Diar pura-pura tidak mendengar?
"Miss, apa kata-kataku tadi menyinggungmu?" tanya Daffa lagi.
Diar mendongak. Menatap luruh ke wajah Daffa yang melihatnya penuh kecemasan.
"Lah kok malah nangis? Kalau aku salah, aku minta maaf ya.." Daffa merasa bersalah.
Daffa paling tidak bisa melihat orang menangis apalagi cewek. Gegas, Daffa mengambil tisu lalu diberikan kepada Diar.
Diar menerima tisu dalam diam. Lalu menyeka butir air matanya. "Mas Daffa gak salah kok."
"Tapi kenapa kamu nangis? Kan aku jadi bingung." Daffa menyeret kursi lalu duduk di sebelah Diar.
"Gak apa-apa. Maaf, bikin Mas Daffa bingung." Diar menekan perasaannya.
"Apa kamu ada masalah? Cerita saja. Mungkin itu bisa membuatmu merasa lega."
Kalau saja cewek yang berada di dekatnya itu kekasihnya, sudah pasti Daffa akan menghiburnya. Tapi... ah, kenapa jantungnya kini berdegup tak menentu?
Diar menarik napas dalam-dalam lalu menghebusnya pelan. Melegakan hatinya agar lebih tenang.
"Mas, boleh tanya sesuatu, gak?"
"Boleh, mau tanya apa?" Daffa menatap serius Diar. Nih cewek mau tanya apa? Kok aku jadi deg degan? Daffa membatin.
"Mas pernah merasakan jatuh cinta?"
Lima buah kata yang membuat Daffa merasa seperti dihujam batu. Pertanyaan serius yang menyeretnya pada masa lalu.
"Pernah," jawab Daffa singkat.
"Kapan?"
"Belum lama ini dan aku sudah melupakannya."
"Kenapa?"
Daffa menghela. Kenapa sekarang malah dia yang diinterogasi?
"Karena mungkin dia bukan jodohku dan bukankah cinta tidak harus memiliki?" jawaban diplomatik Daffa.
"Cinta tidak harus memiliki ya? Oke. Lalu apa yang membuat Mas merasa bahwa dia bukan jodoh Mas Daffa? Jangan bilang kalau ditinggal nikah! Cerita klise," ujar Diar.
Sial. Daffa merasa sedang ditelanjangi. "Sebentar, kamu itu sebenarnya mentor bahasa Inggris atau wartawan?" selidik Daffa.
Diar tertawa. "Pertanyaan Mas Daffa lucu sekali."
"Apanya yang lucu? Hmm.." Daffa memasang muka sinis tapi tidak serius.