"Tuan sebentar lagi kita akan landing di bandara Internasional Soekarno Hatta," ucap Daniel pada bosnya.
Namun sayangnya si tuan mudanya itu hanya diam saja dan tetap fokus pada gawainya. Dia begitu serius menonton aksi seorang wanita yang tengah melakukan mukbang di kanal YouTubenya. Beberapa konten yang dibuat oleh gadis itu juga menarik perhatiannya untuk dilihat. Entah bagaimana ceritanya sampai sang tuan muda tertarik pada aksi mukbang perempuan tersebut.
"Gadis itu, kenapa mengenakan liontin yang mirip dengan kepunyaan bidadari kecil?" ucap Steven sambil terus mengamati liontin yang dikenakan oleh si gadis youtober itu.
Pesawat jet yang dinaiki oleh Steven Ernesto telah benar-benar landing. Lelaki itu dengan gagahnya turun dari atas pesawat dan langsung menuju ke mobilnya. Para bodyguard berjejer rapi mengawalnya. Dengan mengendarai mobil Rolls Royce, tuan muda tersebut pun menuju ke mansion pribadinya.
"Antar aku pergi ke cafe Rosella terlebih dahulu!" perintah Steven.
"Baik tuan," jawab sang sopir yang kemudian memutar haluan menuju tempat yang dipinta majikanya itu.
Sementara di sebuah cafe tepat di seputaran kota tua, seorang gadis cantik baru saja mengenakan apronnya. Dengan senyum yang merekah diambilnya nampan berisi secangkir cappucino dan disajikannya pada pelanggan disudut ruangan itu.
"Selamat menikmati cappucino anda tuan Alberto," kata gadis itu.
"Terima kasih Hazel, semoga cafe hari ini rame agar kau dapat menjual banyak kopi!" balas tuan Alberto.
"Terima kasih banyak tuan, kalau begitu saya pamit melanjutkan pekerjaan kembali."
Hazel Beatrice Azzura gadis periang yang telah menjadi yatim piatu sejak berusia 5 tahun. Kedua orang tuanya meninggal tepat dihari ulang tahunnya akibat dibunuh oleh pembunuh bayaran. Dan sejak saat itulah hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat.
Hazel baru seminggu bekerja di cafe tersebut. Tetapi sudah banyak pelanggan yang akrab dengannya. Selain karena ramah, gadis itu juga dikenal sangat rajin dan giat bekerja. Tetapi bukan tanpa alasan gadis berusia 18 tahun itu bekerja paruh waktu di tempat itu. Dia melakukannya demi mengumpulkan uang untuk biaya kuliah.
Setelah menyajikan kopi untuk pelanggan, Hazel langsung menuju ke meja lain untuk membersihkannya. Perempuan itu begitu telaten memindahkan gelas ke atas nampan dan mengelap meja kotor di depannya. Dirasa telah bersih, dia pun bergegas ke belakang untuk mencuci cangkir dan piring kotor yang telah terkumpul disana.