Malam semakin larut, Hazel mulai keluar dari cafe Rosella untuk pulang kerumahnya. Gadis itu pun mengayuh sepedanya ditengah guyuran rintik-rintik hujan yang mulai turun ke bumi dengan mengenakan mantel berwarna coklat tua.
"Huhhh sungguh sial," umpatnya ketika sebuah mobil melewati genangan air dan menyiprat tepat pada mukanya.
Hazel terus mengayuh sepedanya tak peduli cuaca yang makin dingin dengan hujan yang sangat deras mengguyur dan membuat pandangan kabur. Yang diharapkan adalah bisa cepat-cepat pulang ke rumah milik pamannya. Karena malam ini gadis cantik itu berniat untuk lekas belajar dan menghadapi ujian memasuki salah satu universitas yang diimpikannya esok hari.
Tetapi sayangnya Dewi Fortuna sedang tidak berpihak kepadanya. Tepat di pertigaan depan sebelum gang masuk ke rumahnya, dia tertabrak sebuah mobil Vans berwarna hitam. Hazel terpental dan kepalanya pun membentur aspal jalan. Kini darah segar mulai mengalir dari kepalanya.
"Tu-tuan kita telah menabrak seorang wanita," ucap sang sopir pada majikannya.
"Astaga, bagaimana kau bisa sampai menabrak orang?" tanya Steven penuh rasa kesal.
"Ma-maafkan saya tuan tetapi tadi saya melihat kucing yang tengah menyebrang dan menghindarinya dengan membanting stir ke arah kanan. Tetapi tidak disangka muncullah gadis yang naik sepeda tersebut," jelasnya.
"Dasar bodoh sekali, sekarang cepatlah turun dan lihat kondisi wanita itu!" perintah Steven yang mulai kesal.
Sopir tersebut pun kemudian turun dari dalam mobil dan menghampiri Hazel yang sudah tidak sadarkan diri. Betapa kagetnya dia ketika melihat kondisi Hazel yang terluka parah. Sopir itu terlihat sangat panik, dengan cepat dia berlari menuju ke mobil untuk memberitahu pada majikannya tentang kondisi korban yang ditabraknya tersebut.
Tok.. tok.. tok..
Dengan penuh rasa panik, sopir tersebut terus mengetuk jendela mobil itu. Sang tuan muda yang merasa terganggu akhirnya membuka jendela mobil disebelahnya dengan cepat.
"Ada apa?" tanya Steven.
"Tu-tuan gadis itu terluka parah, bahkan kepalanya mengeluarkan banyak darah. Sekarang apa yang harus kita lakukan?" tanya sang sopir.
"Astaga kau ini benar-benar, kenapa bodoh sekali? Cepatlah angkat gadis itu kemari dan segera membawanya kerumah sakit!" perintah Steven.
"Ba-aik tuan," jawab sopir tersebut dengan tangan yang masih bergetar karena ketakutan.
Sopir itu pun kemudian berlari menuju ke arah Hazel untuk mengangkatnya. Dia langsung membopong gadis itu menuju ke arah mobil. Setelah membuka pintu mobil, sang sopir menaruh Hazel di sebelah tuannya. Sopir itu pun dengan buru-buru masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit terdekat.