Hazel terbangun dan duduk dibawah pohon cemara yang rimbun. Pandangannya lurus menatap kedepan, sementara burung-burung berkicauan di sekitarnya. Dia merasa aneh menatap tempat asing yang disinggahinya ini. Hamparan taman bunga berderet rapi ditepian sungai yang mengalir deras. Wanita itu pun bangun dari duduknya dan berjalan menuju ke arah air terjun. Dia sangat terpesona dengan pemandangan disekitarnya itu. Ada rasa yang tak bisa diungkapkan, hingga membuatnya melupakan hal-hal buruk yang terjadi padanya selama ini.
"Hazel sayang!"
"Sayangku Hazel!"
Sayup-sayup terdengar suara sepasang suami istri yang memanggil namanya. Ditengoknya ke penjuru arah namun nihil tak dapat ditemukannya sumber suara itu. Hazel yakin dan tahu betul suara itu mirip kedua orang tuanya. Dia masih ingat suara merdu mamanya tiap memanggil namanya. Gadis itu pun juga masih hafal dengan logat milik papanya.
"Hazel anakku, kami disini."
Hazel pun langsung menoleh ke sumber suara. Dan benar saja suara itu adalah milik mama dan papanya. Dia berlari mendekati keduanya ke arah taman bunga di tengah-tengah tempat itu. Namun sayangnya semakin dia mendekat, semakin terasa jauh kedua orang tuanya berada.
"Mama papa, aku sangat merindukan kalian." Hazel mencoba mengulurkan tangannya namun sayangnya tangan itu tak mampu menggapai kedua orang tuanya.
"Nak kau tak akan bisa kemari," ucap sang mama.
"Ma, pa aku sangat merindukan kalian. Bawalah aku bersama kalian," pinta Hazel.
"Tidak nak kau tak boleh ikut bersama kami. Jalanmu masih panjang. Kau masih harus merasakan hidup bahagia sayang," tolak sang papa.
"Nak jaga dirimu baik-baik. Kami akan selalu mengawasimu dari sini," ucap kedua orang tua Hazel sambil tersenyum dan melambaikan kedua tangan mereka.
"Tidak ma, pa jangan tinggalkan aku." Hazel terus menangis tersedu-sedu melihat kepergian kedua orang tuanya yang lenyap begitu saja.
Dan kemudian tangannya pun mulai bergerak, dibukanya kedua matanya yang telah terpejam begitu lama. Hazel mulai melihat sekelilingnya yang dipenuhi oleh tembok berwarna putih. Bau pekat obat menjadi ciri khas diruang itu. Seluruh badannya terasa remuk dan susah untuk digerakkan.
"Akhirnya kau sudah sadar," ucap Steven yang baru saja berjalan dari arah kamar mandi dan langsung menuju ke ranjang Hazel.
"Tunggu sebentar, aku akan memanggilkan dokter untukmu!" Steven buru-buru berlari keluar untuk memanggil dokter ataupun perawat yang sedang berjaga untuk memeriksa Hazel. Sementara gadis itu hanya diam saja dan terus menatap ke langit-langit kamar tersebut.