"Hay girl, how are you?" tanya Rachel yang baru saja masuk kedalam ruang rawat inap Hazel.
"Kenapa kau ada disini?" tanya Hazel pada sahabatnya itu.
"Kau ini sungguh menyebalkan pertanyaanku dibalas dengan pertanyaan. Aku kemari karena tuan Steven memintaku untuk membantumu berkemas, siang ini kau akan keluar dari rumah sakitkan?" jelas Rachel.
"Terima kasih banyak Rachel karena kau telah banyak membantuku," ucap Hazel sambil tersenyum manis.
"Aku sungguh geli dengan wajah sok manismu itu," ledek Rachel.
"Oh iya, tapi aku minta maaf karena aku tidak bisa mengantarkanmu pulang. Namun nanti tuan Steven sendiri yang akan mengantarkanmu pulang ke rumah." Ucap Rachel sambil mulai membatu Hazel untuk berkemas. Sementara Hazel sendiri malah terbengong mendengar ucapan dari sahabatnya itu. Dia benar-benar merasa tak enak karena Steven sendiri yang akan mengantarkannya.
Hari ini Hazel akan keluar dari rumah sakit. Sebenarnya dia sendiri bingung, apakah dia harus pulang kerumah atau memilih untuk mencari kontrakan. Namun uangnya saja belum cukup untuk menyewa rumah kontrakan. Paling-paling dia hanya mampu menyewa rumah indekos.
"Kenapa kau malah melamun, sebenarnya ada apa? Kau terlihat tidak bahagia Hazel," tanya Rachel yang mendapati sahabatnya tengah murung.
"Entahlah Rachel, aku benar-benar sungguh bingung. Apakah aku harus pulang kerumah?" tanya Hazel yang mulai ragu untuk pulang.
"Apakah mereka sudah mengusirmu?" tanya Rachel yang penasaran.
"Mereka tak mengharapkanku untuk kembali. Bagi mereka aku adalah beban," jawab Hazel dengan penuh rasa sedih.
"Kalau begitu apakah kau mau pulang ke rumahku saja? Aku jamin kau akan tenang tinggal bersamaku. Apalagi ayah dan ibuku sangat menyayangimu."
"Tidak Rachel, terima kasih banyak atas tawaran darimu tetapi aku tidak ingin merepotkanmu."
"Selalu saja itu yang menjadi alasanmu, tidak bisakah kau percaya padaku? Aku benar-benar sangat senang bila kau mau ikut pulang dan tinggal dirumahku."
"Bukan aku menolak kebaikanmu Rachel, tetapi aku masih mampu untuk mencari tempatku berteduh saat ini."
"Ya baiklah apa katamu saja. Membujukmu itu memang sangat sulit, tetapi bila kau esok berubah pikiran pintu rumahku selalu terbuka lebar."
"Baik Rachel, sekali lagi terima kasih banyak."
Keduanya kini melanjutkan untuk mengemasi barang-barang milik Hazel. Sesekali terdengar canda dan tawa dari kedua sahabat itu. Mereka benar-benar menghabiskan waktu untuk bisa saling menghibur satu sama lain. Diantara keduanya sudah tak pernah ada rahasia. Bahkan keduanya pun tahu kesulitan masing-masing.