Jika dengan cara menjaga hati itu lebih baik dari pada mengikatnya dengan hubungan yang belum halal, maka jagalah walaupun hanya dengan saling mendoakan. Karena ketahuilah kekuatan doa itu sangatlah dasyat dari yang bisa kau duga.
~MarriedZone
"Alfan?! ngapain?"
ucap Rose dengan nada sedikit keras, agar suaranya dapat terdengar diantara derasnya hujan.
"Jemput kamulah. Ayo buruan masuk!!" Rose menggeleng menolak. Bagaimana nanti jika Reza datang menjemputnya sedang ia malah tak ada?
"Nggak. Udah dijemput papah."
"Masuk!! aku disuruh tante Sarah buat jemput kamu, katanya om Reza nggak bisa, lagi ada perlu di resto." Rose mengangguk paham, ia tahu papahnya itu begitu sibuk mengurus bisnis resto yang keluarganya punya.
"Kamu nggak bercanda kan?" Rose memastikan. Alfan mengangguk.
Dari atap gerbang yang menaunginya, Rose secepat kilat menghampiri mobil dan membuka pintu belakang. Setelah mengucap salam disana ia langsung merasakan dinginnya AC yang menusuk tubuhnya karena sedikit terkena air hujan.
"Dingin," gumam Rose sembari membenahi jilbab putih segi tiganya.
Seperti tahu apa yang diperlukan Rose, Alfan langsung melemparkan jaket varsity perpaduan warna putih dan coklat pada Rose. "Pakai! biar nggak masuk angin,"
"Nggak Al, nggak usah. Lebay amat." Kata Rose berbohong. Ia mengulurkan kembali jaket itu pada pemiliknya yang ada di belakang kemudi.
Alfan memutar bola matanya, entah kenapa gadis ini selalu keras kepala. "Pake aja! kalo kamu nggak nurut sama aku, aku bilangin lho ke tante Sarah!" ancam Alfan yang menengok ke belakang.
Rose membulatkan matanya, "Ih apaan sih, dasar sukanya ancem orang!"
Alfan tersenyum penuh kemenangan, walau Rose mengatainya ia tidak akan peduli karena hal yang dilakukannya berbanding terbalik. Dengan bibir yang maju dan wajah yang cemberut dia tetap memakainya.
"Nah, kalo nurut gitu kan enak. Nggak perlu aku ngancem kamu," Rose yang sebal mengalihkan pandangannya keluar jendela mobil. Ia sama sekali tak ingin melihat Alfan dulu, sekaligus ia tak ingin Alfan melihat seulas senyuman kembali terbit karenanya.
Rose memeluk tas berwarna toscanya, tersenyum menatap rintik hujan yang membasahi kaca, seiring mobil yang melaju melintasi padatnya jalanan ibu kota. Tak lupa ia juga mengucapkan doa yang belum sempat ia lantunkan saat di sekolah. Apalagi kalau bukan doa saat turunnya hujan.
Karena turunnya air dari langit ini merupakan berkah yang dikirimkan Allah SWT untuk hambanya.
Selesai melantunkan doa di dalam hati dan mengusap wajahnya hati Rose menghangat mengingat perhatian yang baru saja Alfan beri.
Rose tahu ini hanyalah hal sepele. Tapi entah kenapa hati ini kembali merasa berbunga-bunga. Padahal baru saja tadi pagi selepas dhuha ia berniat untuk menjaga jarak dari lelaki berparas tampan yang masih saja diam fokus menatap jalan.
Tapi rasanya hijrah Rose yang satu ini akan berat. Karena dia sebenarnya juga tidak ikhlas melepas. Tak tahu ini hanya perasaan Rose saja atau kegeerannya yang sudah mencapai level tertinggi, ia merasa Alfan juga menyukainya sama sepertinya.
Namun yang membuat Rose bingung kenapa jika Alfan menyukainya, dia tak pernah menyinggung pembicaraan terkait perasaan?
Kembali Rose mengeryit menatap butiran hujan yang turun dengan derasnya. Sampai saking asiknya melamun dia tak menyadari sedari tadi sepasang mata coklat yang indah itu terus menatapnya dalam diam lewat kaca depan. Tentu dengan senyuman yang terukir indah.
"Rose kamu lihat apa?" tanya Alfan disela kegiatan menyetirnya.
"Ah, eh ... nggak kok Al. Nggak liat apa-apa," jawab Rose setelah sedikit terlonjak kaget.
"Oh, ya dari tadi kamu ngapain di sekolah sampe sekarang? bukannya tinggal tunggu tanggal buat pengumuman ujiannya ya?" Rose mulai mendekat menyisakan jarak sepuluh senti, tuh kan kalo soal marah sama Alfan dia nggak akan bisa marah lama-lama.
"Emang tinggal tunggu pengumuman, tapi aku bosen. Jadinya aku main sama Fahri, sama Huda. Terus pulang dulu, baru aku kesini lagi jemput kamu." Jawab Alfan tanpa mengalihkan pandangannya.
"Gaya kamu! giliran pas masih sekolah bilangnya males, nggak pengen ke sekolah. Tapi pas udah mau lulus malah kangen sekolah," Alfan menggelengkan kepala sembari terkekeh kecil. Sebenarnya ia bukan merindukan sekolah, tapi merindukan seseorang yang ada di sekolah.
"Kamu sendiri gimana? UKK udah deket kan? dah siap belom?" mendengar pertanyaan itu Rose menghela nafas lelah. Apa tak ada pertanyaan lain selain itu? mengingatnya saja sudah membuatnya lelah.
Rose menjatuhkan diri ke sandaran kursi mobil yang berwarna hitam. "Yah ... gitu deh Al,"
"Gitu deh gimana?" Alfan mengangkat satu alisnya.
"Capek belajar terus, setiap hari ... ngeliatin buku Sosiologi, Ekonomi, dan kawan-kawan." Ujar Rose kesal. Ya, Rose berada di jurusan anak kelas XI IPS yang mengharuskannya bisa menghafal pelajaran dari pada menghitung.