Maaf kan aku yang hanya bisa memendam perasan dan menyebutmu dalam setiap doaku, karena menurutku cara itulah yang terbaik untuk memintamu kepada Sang maha pencipta. Agar suatu saat Dia yang diatas berkenan mengikat kita dalam satu ikatan yang halal.
~Alfan Syahrezi
"Alfan itu siapa?"
"Calon mantu mamah,"
Rose terpaku mendengar jawaban Alfan. Sungguh Rose tak salah dengarkan?
Mata Rose kini melebar tak percaya. "Ih, Al kamu apaan sih?!!" Rose memelototi Alfan garang, padahal jauh di dalam hati dia mengaamiin-kan ucapan lelaki yang namanya selalu ia sebut dalam doa.
Sementara Alfan yang seakan tak peduli pada garangnya Rose, masih saja tertawa. Tak ada yang tahu kecuali Allah dan kedua orang tuanya, jauh di dalam hati Alfan tak bercanda dengan perkataannya. Tahu sebuah kalimat 'ucapan adalah doa'? itulah yang sedang Alfan buktikan dan usahakan.
"Iya, iya. Maaf ... canda doang," ucap Alfan ketika tawanya sudah reda.
"Siapa sih Fan?" suara wanita yang penasaran itu terdengar semakin mendekat. Namun, saat ia sudah melihat siapa yang anak semata wayangnya temui ia menampakkan senyum keibuannya. "Oo ... ternyata Rose. Salah kamu Fan kalo ini bukan mantu mamah, tapi anak mamah."
"Eh, mamah. Assalamu'alaikum," Rose menganggukkan kepalanya lalu baru ia mencium punggung tangan wanita yang ia harap akan menjadi camer. Calon mertua-nya kelak.
Zainab tersenyum melihat kesopanan gadis yang ada di depannya, menurutnya zaman sekarang sudah jarang di temukan gadis shalehah dan sesopan Rose. Zainab kemudian memeluk Rose setelah gadis berkerudung lebar itu mencium punggung tangannya.
Sedang Rose? sama sekali tak ada raut terkejut dengan perilaku wanita berpasmina cokelat yang sangat ia hormati. Karena orang tuanya dan orang tua Alfan telah telah saling mengenal sebelum mereka memiliki momongan. Jadi jangan heran kalo Rose juga memanggil Zainab dengan sebutan mamah, karena itu permintaan Zainab sendiri yang tak bisa memiliki anak perempuan karena ada suatu masalah di rahimnya. Dan itu membuatnya tak bisa mengandung lagi setelah ia melahirkan Alfan.
"Ada perlu apa sayang?" Zainab bertanya dengan penuh kelembutan.
"Nggak kok mah, cuman mau balikin jaket Alfan aja yang kemarin dia pinjemin," terang Rose dengan senyum manisnya.
"Mah, om mana?" Rose menanyakan Rendra--ayah Alfan.
"Om, baru aja berangkat ke RS tadi." Rose ber-oh ria sembari mengangguk-anggukkan kepala.
"Yaudah, kalo gitu Rose pergi dulu ya mah," Rose kembali mencium punggung tangan Zainab.
"Loh, kamu nggak mau mampir dulu, nak?" tawar Zainab.
"Nggak mah, takut telat ke sekolahnya." Jawab Rose, lalu beralih menatap Sang calon imam. "Aku pergi dulu ya, Al!"
Baru saja Rose berbalik dan berjalan beberapa langkah menuju motornya yang ditempatkan di depan teras rumah, Alfan kembali memanggilnya.
Rose tak menjawab, ia hanya berbalik menghadap Alfan. Lelaki berkaos putih itu mengangkat tangan sebagai jawaban agar Rose menunggunya sebentar. Rose mengangguk, apa yang Alfan akan lakukan?
Segera setelahnya Alfan berlari masuk ke dalam rumah mewahnya, meninggalkan Zainab yang masih berdiri di teras. Selang dua menit, Alfan kembali.
Yang membuat Rose bingung disini sekarang, kenapa Alfan mengganti pakaiannya dengan celana jeans dan kaos putih dibalut dengan jaket varsity yang baru saja dia kembalikan? apalagi setelah ia lihat Alfan juga menenteng helm berwarna hitam dan mencium punggung tangan Zainab, mau kemana dia?
"Al kamu mau kemana?" tanya Rose saat Alfan sudah berada di hadapannya.
"Mau nganterin kamu," Rose yang masih kebingungan menunjuk dirinya sendiri, Alfan mengangguk.
"Ayo, cepetan entar keburu telat. Mau dihukum sama pak Surya keliling lapangan basket tiga kali?" Rose menggeleng keras, siapa juga yang mau kena hukuman dari guru BK sekejam pak Surya.
"Nggak usah Al, aku bisa berangkat sendiri kok. Lagian motornya juga baru di service," Rose menunjuk motor Scoopy warna pink-putih kepunyaannya yang terdapat sebuah helm bogo cokelat dan ransel disana.
"Udah nggak papa, buat percobaan dulu aja. Beneran udah bener belom, kamu mau nanti dorong sendirian?" Rose kembali menggeleng keras.