Aku kira kamu itu lelaki baik-baik yang minusnya punya rasa congkak dalam diri, tapi ternyata ...
~Eira Rosemary Ningrum
"Sombong amat," celetuk Rose membayangkan kembali wajah congkak lelaki tadi malam.
Sampai-sampai Rose tak sadar telah meremas bolpennya seperti akan mematahkannya, sedangkan tangannya yang lain mengepal kuat, menahan emosi yang sudah sampai ubun-ubun.
"Sok kegantengan, dia kira ... apa dia aja gitu yang paling ganteng, cih!!! NGGAK sama sekali," umpat Rose membuat orang yang ada disebelahnya terganggu.
"Rose, kamu tuh kenapa sih?!! dari tadi ngedumel ... aja!!" Haifa menutup bukunya, ia tak bisa berkonsentrasi mengerjakan tugas Ekonomi peninggalan bu Tya yang harus rapat di SMA lain.
Kelas saat ini sedang jam kosong, suasana sedikit riuh hampir semua siswa tak ada yang mengerjakan tugas. Kebanyakan anak cowok berkumpul di sudut kelas untuk mabar game yang lagi viral. Yang cewek? jangan tanya mereka sudah berkelompok dengan geng masing-masing untuk bergosip.
Hanya mereka berdua yang memutuskan untuk menyicil tugas yang akan dikumpulkan minggu depan, dari pada dijadikan PR, Rose lebih memilih mengerjakannya.
Rose beruntung, ia terus mengomel saat guru sedang tidak ada, coba saja kalo ada bisa habis disuruh keluar dari kelas dia.
"Huh! aku jengkel ... banget, sama satu cowok yang aku temuin tadi malem!!" ujar Rose menatap Haifa sembari meremas gemas bolpennya.
"Satu sekolah sama kita?" tanya Haifa memastikan. Rose menggeleng.
"Nggak, dia anak sahabat papahku." Jawab Rose lemas, lalu menaruh kepalanya di atas meja diantara lipatan tangannya.
Semalam
"Satya kapan kita pulang sih? sana kamu chat mamah kalo nggak papah!" titah Rose.
Rose kira setelah makan malam mereka akan back to home, ternyata mereka malah terus berbincang. Maaf salah, hanya para orang tua yang berbincang dan kembali bernostalgia, bukan anak-anaknya. Jam sudah hampir menunjuk pukul sembilan malam, artinya sudah dua jam Rose dan Satya hanya duduk diam menunggu tanpa melakukan apapun.
Mereka tadi sudah digiring oleh Seol Ah agar bisa duduk di ruang tamu yang di mejanya tersedia berbagai toples berisi makanan ringan. Sementara orang tua tetap berada di meja makan.
Satya yang sedang fokus bermainĀ game masak-masak menoleh sekilas. "Kenapa nggak kamu aja sih kak?" Satya balik bertanya tanpa melihat ke arah Rose.
"Dek ..." Rose mengguncang lengan Satya yang tertutup kemeja biru dongker. "Cepetan bateraiku tinggal dikit, nggak bisa!"
Satya lebih dulu menghela nafas, ia sedang mencoba bersabar pada kakaknya yang sedang merengek. "Iya kak," jawab Satya dengan lembut.
Satya kemudian langsung membuka laman percakapannya dengan Sang papah pada aplikasi chat warna hijau. Tangannya dengan luwes mengetik sebuah pesan.
Papah
Pah kpn plng? ā
"Kak, papah nggak on?" Satya memperlihatkan tanda centang satu pada Rose.
"Ganti mamah," suruh Rose. Ia sedang menahan diri agar tak menguap dengan menyesap secangkir teh melati hangat yang ada dihadapannya. Satya mengangguk patuh.
Mamahā¤
Mamah kakak tanya kpn kita plng? ā ā
Syukurlah hanya menungguĀ hitungan detik Sarah membalasnya.
Mamahā¤
Sebentar ya dek
blng sama kakak suruh sabar
Satya memperlihatkan balasan chat Sarah kepada Rose. "Yah ... masih lama dong?" ujar Rose lesu. Matanya sudah benar-benar ingin tertutup, ia menundukkan kepalanya sedikit menguap.
Setelah perintah dari kakaknya terpenuhi, Satya bangkit berjalan menuju pintu utama. Tapi panggilan Rose membuatnya menghentikan langkah dan berbalik.
"Dek mau kemana?"
"Aku mau keluar cari sinyal, disini nggak ada. Percuma rumah besar masa nggak ada sinyal," mendengar celotehan Satya yang tidak di filter Rose memelototinya tajam. Bagaimana jika nanti tuan rumahnya mendengar?
Tak memperdulikan Rose, Satya melengos pergi meninggalkan Rose sendirian di sofa ruang tamu. Gadis itu hanya bisa menggelengkan kepala melihat tabiat adik satu-satunya.
Akhirnya Rose lebih memilih memainkan hpnya dengan baterai tersisa dua puluh persen saja. Biarlah jika nanti hp nya mati karena kehabisan daya, tapi jangan sampai Rose mati gaya sebab tak ada hiburan disini.
Sesekali memainkan hp dan melihat detail berbagai pajangan yang ada di ruang tamu. Rose mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru ruangan, mata bulat indahnya berhenti pada satu objek. Ia baru sadar tepat di belakang ia duduk ada sebuah foto yang berukuran besar terpajang rapih di dinding, foto itu berbingkai kayu yang diukir.