Biasanya orang akan melakukan apa saja untuk orang yang dia suka, tapi aku beda. Aku akan ngelakuin apapun buat orang yang nggak aku suka, biar aku nggak akan bersatu sama dia!
~Eira Rosemary Ningrum
"Makasih ya Li, udah mau dateng,"
"Iya Za, sama-sama dan semoga kita bisa jadi besan juga. Kamu beruntung punya putri yang shalehah,"
"Alhamdulillah anakku memang putri sahalehah, dan semoga Allah memberikan yang terbaik."
"Aamiin,"
Itu sekilas percakapan yang Rose dengar dari ruang tamu. Om Ali yang juga berharap perjodohan ini berlanjut, dan papahnya--Reza yang hanya bisa meng-aamiinn kan bersama Sarah dan Seol Ah. Saat kedua orang tuanya mengantar pulang di depan gerbang, ia memilih menetap disana. Sendirian.
Pikirannya sedang berkecamuk, hatinya begitu gelisah. Apalagi sedikit pesan yang Seol Ah beri sebelum ia pulang, membuat kepalanya tambah berdenyut.
"Rose semoga tante harap, kamu bisa memikirkannya dengan matang. Tante akan merasa sangat beruntung bisa memiliki anak perempuan sepertimu, jika kelak nantinya kamu benar-benar menikah dengan Rega. Kamu sudah tante anggap anak, bukan menantu. Tante mau bisa menjadi mamahmu juga nantinya."
Seol Ah mengatakan itu setelah mereka berpelukan, dengan mata berbinar pula. Rose sebenarnya tak ingin mematahkan harapan wanita paruh baya itu. Tapi Rega, itu lelaki yang ah ... sudahlah ini terlalu runyam! Rose sampai menggaruk kepalanya yang masih terbalut khimar.
Takdirnya kali ini begitu rumit, ia harus bagaimana? Kenapa ia ditempatkan dalam keadaan seperti ini? Bahkan, kedua orang tua Rega sepertinya tidak tahu tabiat buruk anaknya sendiri. Rose harus menolak Rega karena dia bukan hamba yang bertaqwa, sedang di sisi yang lain kedua orang tua Rega yang mempunyai watak baik berharap agar ia bisa berjodoh dengan Rega. Jangan lupakan satu hal yang penting, om Ali adalah sahabat baik Reza--ayahnya.
"KAKAK!"
Rose menoleh ke arah sumber suara dengan detak jantung yang cepat. Ia terkejut, ia terlalu banyak melamun.
"Eh, i-iya mah kenapa?" entah sejak kapan Sarah sudah duduk di sebelahnya, bersama Reza yang ada di hadapannya.
"Gimana keputusan kakak sekarang?" tanya Reza langsung. Dia salah satu orang yang tak mau bertele-tele. Terlebih ini menyangkut masa depan putri semata wayangnya.
"Keputusan apa, pah?" tanya Rose menoleh bergantian pada Reza dan Sarah dengan tatapan bingung. Mulutnya sedikit terbuka. Otaknya masih loading.
"Nggak papa kok kak, terima aja. Lagian kalian nantinya cuman tunangan, baru setelah kalian tamat kuliah, kalian nikah,"
Owhh, sekarang Rose mengerti kemana perbincangan ini berlanjut mendengar kata 'tunangan dan menikah' dari Sarah.
"Rega dari keluarga yang baik-baik, pasti dia anak yang baik,"
Apa?!! Ingin rasanya Rose tertawa terbahak mendengar Sarah menyimpulkan hal konyol macam itu. Rega anak baik-baik? Mimpi! Rose sudah tahu semua sisi kelam lelaki itu. Khatam. Dari kebiasaannya yang menenggak khamr sampai bermain perempuan, ia sudah tahu.
"Pah ... aku nggak mau, Rose nggak suka, aku nggak ada perasaan sama Rega pah!" rengek Rose menatap Reza yang ada di seberangnya.
"Kamu bener nggak mau sama dia? nggak mau dibawa shalat istikharah dulu?" tawar Reza.
APA SHALAT?! Tanpa Rose bawa dalam shalat-pun Rose sudah tahu jawabannya.