Marrige Contract With Siren

Weyyin
Chapter #3

Kekasih Palsu


Ruxana tengah berjalan-jalan ditaman kediaman Pangeran, Metty mengikut dibelakangnya dengan wajah yang sudah lelah. Entah sudah berapa kali mereka hanya berputar putar disana, mungkin sudah lebih dari 10 kali.

“Nona apa kau tidak lelah?” tanya Metty.

“Tidak, aku harus melatih bagian bawahku.” Jawab Ruxana dengan tersenyum, ia bahkan beberapa kali melompat seperti anak kecil.

“Kalau begitu jangan kemana-mana, aku akan mengambil camilan dan teh untuk Nona.”

Metty lalu meninggalkan Ruxana, bukannya diam dia malah terus berjalan dan memasuki daerah hutan perburuan dikediaman Pangeran Arloy. Memang tidak akan ada harimau atau hewan buas, tapi hari sudah mulai gelap. Orang baru pasti akan sulit untuk keluar, karena hutan itu cukup luas.

Ruxana melihat kelinci putih memakan rumput didepannya, saat ia berniat menangkapnya. Kelinci itu berlari untuk menghidar, dan Ruxana mengejar kelinci tersebut hingga membuat dirinya semakin masuk kedalam hutan.

“Makhluk bulu, kau dimana?” teriaknya.

“Mulai gelap, tapi aku dimana?”

Kali ini ia tidak mencari kelinci lagi, tapi Ruxana mencari jalan keluar dari hutan. Setelah berjalan-jalan dihutan Ruxana melepas sepatunya karena kakinya pegal, ia duduk untuk sekedar merdakan pegalnya. Bahkan baju berwarna merah muda itu sudah kotor dengan tanah.

“Hwaaa … bagaimana ini? Jalannya pun bahkan sudah tidak terlihat karena gelap, untung bulannya terang.” Ruxana merengek.

Sementara itu dikediaman Pangeran para pelayan juga tengah sibuk mencari Ruxana. Pangeran Arloy dan Cadern yang baru tiba dari Kerajaan merasa heran dengan sedikit keributan yang terjadi.

“Ada apa ini?” tanya Cadern ke seorang pelayan yang lewat.

“Maaf Pangeran, Nona menghilang.” Ucap pelayan itu langsung bersujud.

“Ruxana hilang? Sejak kapan?”

“Tadi sore.”

“Mungkin dia pulang kerumahnya.” Cadern memberikan pendapatnya.

Arloy merasa gadis itu masih ada didekatnya. Ruxana bilang dia tidak punya rumah, dan sepertinya gadis itu memang benar-benar bukan dari Larent.

“Tidak mungkin, dimana terakhir dia?”

“Taman belakang.” Jawab Pelayan dengan nada gemetar ketakutan.

“Berdirilah. Cadern siapkan pengawal sepertinya dia masuk kedalam hutan.”

Cadern hanya mengangguk mengiyakan.

Ruxana kembali berjalan, matanya sudah sembab karena menangis. Telapak kakinya bahkan sudah lecet dan penuh darah karena menginjak tumbuhan berduri, sepatunya entah sudah kemana. Ia berjalan dengan telanjang kaki.

Kalo di laut saat dia tersesat seperti ini pasti Yuvan akan menemukannya, Ruxana terus berjalan walau entah kearah mana ia melangkah.

“Yuvan!!” teriaknya. Padahal pria itu pasti tak akan datang, namun Ruxana merasa tenang saat menyebut namanya.

Disisi lain hutan, Arloy dengan beberapa pengawal mencari Ruxana dengan menunggangi kuda. Padahal dia membawa lampu untuk menerangi, tapi masih tak terlalu terliha jelas karena hutan sangat gelap.

“Yuvan!!”

Suara Ruxana terdengar walau agak pelan. Arloy mengangkat tangannya memberi tanda untuk berhenti.

“Ruxana!” teriak Arloy.

“Yuvan!!” teriak dari sebrang.

“Dari sana.” Ucap Arloy.

Ia kemudain memacu kuda lebih kencang, dan benar saja mereka menemukan Ruxana. Melihat Arloy dihadapannya Ruxana tak bisa menahan air matanya lagi, ia lalu berteriak dan menangis. Hutan terasa menyeramkan untuknya, walau sebenarnya ia juga sering tersesat saat di laut.

Arloy turun dari kuda dan menghampiri Ruxana, Ruxana lalu berlari dan memeluk Arloy. Para prajurit yang melihat itu memalingkan wajah sembari menyembunyikan senyum, karena mereka tidak pernah melihat pangeran Arloy bersentuhan dengan wanita bahkan diacara dansa Kerajaan sekalipun.

Saat Ruxana berada didalam pelukan Arloy, ia merasakan ada energy dari mutiara Alett. Tapi ia harus melihatnya dengan langsung untuk memastikan hal itu. Ruxana harus melihat bagian dada Arloy tanpa kain. Ruxana menyentuh dada Arloy dengan kedua tangannya, ia cukup kaget mata Arloy bahkan membulat.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Arloy sembari menepis tangan Ruxana, ia sedikit mendorong tubuh itu agar menjauh.

“Buka bajumu.”

Lihat selengkapnya