Matahari masih memancarkan sinarnya, tepat jam 15.36 dini hari mereka sampai di tempat tujuan yaitu perpustakaan, seketika adzan dikumandangkan, tanpa basa-basi Alisya, Farah, dan cowo penghafal Alquran itu bergegas ke masjid terdekat kecuali Ali, Ali hanya sibuk dengan ponselnya seolah tak tahu bahwa adzan sudah dikumandangkan dengan jelas, Alisya dan Farah ingin menegurnya, namun cowo jangkung itu lebih dulu menegur Ali.
"Udah adzan kamu nggak dengar?" tanya cowo berwajah sendu itu kepada Ali tegas. Ali yang duduk dengan asik memainkan ponselnya itu tak memberi respon sama sekali, ternyata Ali memakai headset, dengan kesal cowo itu menarik headset milik Ali sedikit kesal dengan memasang wajah yang seram.
"NGAPAIN SIH LO, GANGGU AJA GUA LAGI MAIN!" Ali melotot ke arah cowo alim saingannya itu geram.
"Udah adzan sholat!" seru cowo itu tegas.
Adam Ferdin Reyndra, cowo alim berwajah sendu berdarah aceh ini merupakan penghafal Al-quran, tak kalah idamannya dari Ali si badboy itu. Selalu mendapat apresiasi besar dari sekolahnya, para kaum hawa hampir sangat tergila-gila dengan Adam, bukan hanya ahli agama tetapi juga mempunyai tampang yang membuat hati tenang, tak heran jika Adam mempunyai julukan adem, julukan itu bukan di dapat dari namanya saja 'Adam', tetapi karena orang-orang yang melihatnya seketika tenang. Cowo jangkung, bermata elang pupil mata coklat tua ini selalu di segani dan mempunyai banyak misteri, bukan hanya dari keluarganya tetapi dari dirinya sendiri, Adam ibarat mitos yang ingin di ungkap kebenarannya.
"Siapa lo ngatur-ngatur gue?, emak bapak gue juga bukan, seenaknya aja lo ngatur!" Ali sedikit menggretakkan giginya kesal dan menatap Adam tajam, sebaliknya Adam menatap Ali tajam namun tenang seolah Adam begitu sabar, padahal Adam ingin marah namun cowo itu menahan amarahnya. Sementara itu Farah yang sudah ingin melayangkan pukulan kepada cowo tak tahu malu itu di tahan pula oleh Alisya.
"Ali!" seru Alisya sedikit berteriak kepada Ali yang masih beradu mata dengan Adam.
"Iya sayang?" tanya Ali satai tanpa merasa bersalah.
"HEH BADBOY!, LO APA SALAHNYA SIH SHOLAT, SHOLAT AJA PAKE DRAMA LO!, SHOLAT ITU KEWAJIBAN LO TAU!, GIMANA LO MAU MIMPIN ISTRI LO NANTI KALAU LO AJA KELAKUANNYA KAYAK GINI, SADAR DIRI BEGO!" ujar Farah akhirnya mengeluarkan emosinya kepada cowo badboy itu, di sisi lain Ali seketika bungkam atas lontaran perkataan dari Farah itu, kemudian menatap Farah tajam.
"LO NGGAK USAH IKUT-IKUTAN CEWE GILA!" Ali membalas dengan nada tinggi.
"APA LO BILANG!" balas Farah semakin memanas. Sementara itu Adam tetap menatap Ali tajam dan Alisya terdiam, seakan tak tahan dengan perlakuan Ali, Alisya pun turun tangan ikut memarahi Ali, meski takut Alisya tetap berusaha melawan Ali.
"ALI TOLONG JANGAN KAYAK GINI!" Alisya berusaha menatap Ali, Ali yang melihat Alisya ketakutan tak tahan cowo badboy itu segera meredamkan emosi panasnya.
"Ok, gue sholat, puas lo pada!" seru Ali kasar meninggalkan mereka dengan tergesa-gesa.
🍁🍁🍁
Adam ingin membasuhi telapak tangannya namun Adam melihat Ali yang hanya menatap air yang mengalir dari tempat wudhu tersebut sembari memiringkan kepalanya ke arah kanan dan mengernyitkan dahinya seakan heran. Adam yang melihat Ali sepertinya kebingungan itu langsung mempraktikkan tata cara wudhu kepada Ali.
"Caranya gini, kamu perhatikan" ujar Adam tegas kepada cowo dengan julukan lain juliet itu. Ali pun memperhatikan dengan seksama melihat dengan antusias sembari mempraktikkan apa yang Adam contohkan kepadanya.
"G-gue tau kok, lo nggak usah ngajarin" ucap Ali memalingkan wajahnya.
"Kamu nggak usah pura-pura gitu, aku tau. Nggak ada kata terlambat untuk belajar"
"Ya gue tau nggak usah sok lo, lo tetep rival nya gue!," seru Ali menatap Adam tajam setajam silet ke arah rival nya itu, sedikit beradu mata lalu Adam meninggalkan Ali begitu saja.
"WOY GUE LAGI NGOMONG SAMA LO BEGO!" lanjut Ali kasar.
"Harus cepat, nanti telat sholatnya" Adam meninggalkan Ali jauh di belakangnya, Ali yang masih menahan amarah itu kembali meredamkan amarahnya yang berkobar-kobar bak kompor, perlahan menyusul langkah Adam.
Ali pun sholat meski dengan paksaan dari Alisya, Adam, dan Farah cowo berandal itu tetap melanjutkan sholatnya berusaha untuk fokus. Di detik-detik terakhir tepatnya saat sedang sujud terakhir Ali memejamkan matanya, mengingat semua yang ia kenang dulu, begitu indah menyejukkan hati, di mana orang berbondong-bondong ke masjid untuk sholat berjamaah, suasana yang tak dapat Ali rasakan setelah sekian tahun lamanya, tanpa sadar Ali terbawa pilu merintikkan air matanya dalam sujudnya yang teringat masa-masa itu. Selepas sholatnya Ali pun menghapus Air mata yang mengalir dari ujung pelipis matanya kemudian menuju ke arah kamar mandi, Ali menangis dalam diam tentang apa yang ia ingat, tak ingin mengenang masa-masa sampah yang menurut Ali tersebut, tak ingin teringat kembali namun tidak bisa menghindar, Ali benar-benar ingin lari dari ingatan yang menghantuinya selama bertahun-tahun tersebut. Adam yang mengikuti langkah Ali penasaran menuju kamar mandi itu masih melihat Ali tanpa sepengetahuannya, Ali yang kemudian sadar dengan adanya orang lain yang melihatnya diam-diam itu spontan melihat ke arah Ali.
"Ali kamu?"
"Pergi" pinta Ali datar.
"O-oh, ok. Nanti langsung ke perpus, satu lagi," ujarnya Adam mengingatkan.
"Jangan terlarut Ali, menangislah, itu hakmu." Adam pun meninggalkan Ali masih dengan tangisan pilunya itu.