Bunga-bunga bermekaran, udara terasa sejuk sekaligus suasana terasa damai, rintik hujan masih berlangsung meski telah berhenti. Alisya terbangun dari tidur lelapnya yang kelelahan dengan kejadian semalam, tersontak kaget Alisya dengan tergesa-gesa melihat jam yang ada di samping kiri ranjang berwarna biru tua itu.
"INI JAM BERAPA YA ALLAH!" seru Alisya sigap melangkahkan kakinya dengan mantap ke arah kamar mandinya untuk wudhu menjalankan sholat subuh, kemudian bersiap untuk pergi ke sekolah.
"Umi, abi," ucap Alisya keheranan, gadis ayu itu pun menyadari bahwa kedua orang tuanya pergi ke luar kota sedang tugas bisnis.
"Dasar, kan umi abi lagi pergi" Alisya menepuk keningnya dengan satu tangan lengkap dengan seragam berwarna putih abu hijab warna putih dan tas mungil yang ia sandang, perlahantapi pasti Alisya melangkahkan kedua kakinya ke arah pintu ukir berwarna coklat tua itu. Langkahnya terhenti, bibir tipis alami milik Alisya terbuka setengah lebar melihat hal yang membuatnya benar-benar terheran-heran. Alisya pun kembali melanjutkan masih dengan bibir tipis alaminya yang setengah terbuka berjalan ke arah pagar berwarna coklat tua rumahnya.
"Astaghfirullah ALI!" ujar Alisya melihat Ali berusaha membujuk satpam dengan paksa.
"A-Alisya" ucap Ali mencengkram kerah satpam.
"Ali lepasin!" seru Alisya tegas dan mencekam.
"Alisya, gue-"
"Ngapain kamu di sini Ali?!" tanya Alisya menekuk wajahnya.
"Gue cuma-"
"PERGI!"
"Alisya gue-"
"AKU BILANG PERGI!" seru Alisya menatap Ali tajam nan dalam sedikit menggretakkan giginya kesal melihat perilaku Ali.
"GUE MINTA MAAF ALISYA!" seru Ali menatap Alisya dengan lekat meninggikan nada suaranya sedikit membentak Alisya, urat nadi Ali mulai terlihat di bagian lehernya, matanya memerah. Alisya ketakutan melihat sisi Ali yang selalu kasar seperti sekarang ini, Alisya seakan ingin menangis, Ali yang masih di balik pagar menatap Alisya antusias yang sudah berkaca-kaca itu kemudian melemaskan cengkramannya tepat di bagian kerah satpam, Ali pun memutar tubuhnya berbalik membelakangi gadis ayu itu sembari menaiki motor ninjanya berwarna merah menyala itu, menghidupkan motornya melajukan motornya tanpa melihat ke arah Alisya sedikit pun.
"Bapak nggak apa-apa kan?" tanya Alisya cemas.
"Tenang non, saya tidak apa-apa kok, non Ica sekarang lebih baik pergi sekolah sudah hampir telat"
"Sebelumnya saya minta maaf pak, Alisya pergi, assalamualaikum" kata Alisya dengan nada lemah dan langkah yang lesu menuju ke arah halte bus terdekat.
"Iya non tidak apa-apa. Waalaikumsalam warahmatullah non hati-hati." jawab satpam Alisya sedikit menundukkan tubuhnya.
🍁🍁🍁
Dugaan Alisya sangat benar, kini gadis ayu itu di hukum di lapangan luas sekolah, dan yang terlambat hanya gadis malang itu seorang. Kelasnya yang hari ini sedang berolahraga di lapangan sedikit berbisik dari ujung telinga Alisya yang tengah hormat di hadapan bendera berwarna merah putih itu, Alisya sedikit mendengar mereka yang mengatakan bahwa sikap Alisya sangatlah berbeda, ia yang biasanya selalu menjadi murid teladan kini untuk pertama kali ia telat masuk sekolah. Farah yang tak tega melihat sahabat karibnya itu di hukum mendekati Alisya dan ikut hormat menghadap tiang bendera yang menjulang tinggi itu.
"F-Farah kamu ngapain?" tanya Alisya mengerutkan dahinya menatap ke arah Farah lembut.
"Ica kamu di hukum, aku juga harus di hukum" jawab Farah tersenyum ke arah Alisya.
"T-Tapi nggak gini Farah, nanti kamu yang kena, aku nggak mau" Alisya memelas ke arah sahabat karibnya tersebut.
"Biarin, aku nggak peduli!" Farah kembali menghadap tiang bendera tersebut sembari kembali mengangkat satu tangannya. Di sisi lain Ali mencuri pandangan ke arah gadis ayu itu melihatnya dengan tatapan bersalah, Ali tersadar akan Adam tepat di sampingnya yang diam-diam juga mencuri pandangan ke Alisya.
"Lo liatin Ica kayak gitu emangnya dia nyaman?" tanya Ali mengangkat kedua alisnya megerutkan dahinya melirik Adam sinis, Adam menoleh dan kembali memperhatikan Alisya dengan tenang.
"Kamu sendiri? lagi perhatiin Alisya kan?" jawab cowo alim itu membalikkan pertanyaan kepada cowo badboy sejagat itu, menatapnya tajam kemudian kembali memfokuskan kedua retinanya ke arah gadis ayu tersebut. Sementara itu Ali bungkam sejenak menatap Adam dengan tatapan kesal lengkap dengan wajah sinisnya. Di tengah-tengah keramaian jam pelajaran olahraga, Ali dan Adam yang masih tidak bisa memalingkan pupil mata mereka dari gadis ayu berbalut hijab itu terhentak kedua cowo idaman satu sekolah itu yang tadinya duduk kini berdiri dengan wajah yang amat kaget dan setengah bibir mereka terbuka, dengan panik dan tergesa-gesa Ali dan Adam menghampiri gadis ayu itu dengan Farah sahabat karib gadis ayu itu di sampingnya. Seketika suara ricuh terjadi di setiap sudut lapangan menyaksikan hal yang tak terduga.
"MINGGIR KALIAN!, KASIH GUE JALAN BEGO!" seru Ali dengan mata memerah panik setengah mati tak terkontrol. Sebaliknya, Adam bersikap lebih tenang dari cowo dengan gelar badboy sejagat itu. Ali dan Adam mendapati Alisya yang terkulai lemas karena kelelahan sekitar setengah jam ia hormat di depan tiang bendera. Adam yang ingin menggendong Alisya itu di tahan oleh Ali sigap, sembari menggenggam pergelangan tangan cowo alim itu kuat.
"MINGGIR LO!" Ali menggendong Alisya dengan sigap dan kuat, Adam yang tak dapat berkata-kata itu diam bungkam di tempat membeku seketika melihat Ali yang sudah memanas meninggalkan kerumunan orang yang panik dengan Adam yang masih memperhatikan Ali menggendong Alisya dengan tangkas. Farah pun mengikuti langkah Ali panik.
🍁🍁🍁
Satu jam berlalu sejak kejadian itu, Alisya yang masih terbaring di UKS sekolah masih belum membuka kedua mata indah miliknya, sementara itu Farah yang menjaga Alisya hingga nanti Alisya siuman di UKS, tak lama kemudian Farah di perintah untuk memasuki ruang kelas agar Farah tidak tertinggal pelajaran, di sisi lain Alisya yang masih belum siuman di jaga oleh dokter UKS sekolah yang di sebut-sebut sebagai sugar daddy tersebut. Alisya membuka kedua matanya perlahan melihat ke arah dokter itu dengan tatapan bingung sekaligus gadis itu yang masih sakit kepala.
"Tidur aja dulu Alisya" ucap dokter itu tersenyum ke arah gadis manis itu hangat.
"Iya dok" kata Alisya patuh.
"Saya tinggal ya Alisya" ujarnya masih tersenyum ke arah Alisya.
"Terima kasih dok" Alisya membalas senyuman dokter yang sudah berkepala tiga itu. Dokter itu pun membuka pintu perlahan meninggalkan Alisya di ruang UKS sekolah dengan damai dan sepi. Seketika suara pintu itu mengusik ujung telinga Alisya ingin membuka kedua matanya perlahan namun tak di gubris olehnya, seorang lelaki yang berdiri di hadapannya kemudian mengambil kursi dan duduk di samping ranjang UKS memasang raut wajah cemas ke arah pupil mata Alisya seksama. Namun langkah kaki seseorang terdengar dari koridor sekolah, lelaki itu kelabakan untuk bersembunyi. Seseorang itu lalu menduduki kursi di samping ranjang Alisya itu menatapnya perlahan dalam.
"Alisya kamu masih pusing?, minum obatnya dulu" ujar cowo itu yang ternyata adalah Adam.
"Kepalaku udah lumayan kok, nggak pusing lagi" Alisya terseyum tipis ke arah cowo alim itu. Adam pun menggapai obat di samping ranjang UKS yang Alisya tiduri perlahan memberi gadis itu secangkir air putih dan Alisya mulai menelan obat tersebut dengan cepat.
"Istirahat aja dulu ya, aku temenin di sini" kata Adam menatap Alisya antusias.
"Nggak usah repot-repot, kamu nggak masuk kelas?" tanya Alisya ke arah cowo yang tak kalah idamannya itu.