Alisya melihat seorang cowo berhoodie hitam sedang berteriak dari balik pagar hitam milik rumah gadis itu, cowo jangkung tersebut berteriak sekuat mungkin ke arah gadis ayu yang bibir tipisnya kembali terbuka setengah lebar kedua mata indah dengan pupil berwarna coklat tua itu mendapati gadis ayu itu sedang berdiri di depan teras lantai dua kamar gadis tersebut.
"ALI!?" seru gadis muslimah berbalut hijab berwarna putih masih dengan baju putih abu sekolah miliknya yang belum di ganti olehnya sama sekali. Alisya dengan sigap turun melewati anak tangga yang tingginya sekitar setengah dari betisnya. Membuka pintu pagar berwarna hitam legam bak arang vertikal, mendapati cowo berkulit putih mulus bak bayi yang membuat para kaum hawa menjadi iri melihat cowo itu dalam sekejap.
"Alisya gue-" kembali terpotong ucapan cowo gila itu dengan Alisya yang siap melayangkan tamparan keras kepada cowo berandal itu tepat di hadapannya, Alisya yang sudah melayangkan pukulan kerasnya, cowo itu menangkis sigap mengambil pergelangan tangan Alisya menarik pergelangan tangan gadis manis itu, tubuh Alisya terhempas tepat di tubuh cowo berandal itu masih dengan cowo berperawakan seperti tak terurus itu menggenggam pergelangan tangan Alisya dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya perlahan melingkar ke pinggang ramping milik gadis ayu di hadapannya sekarang, genggaman cowo itu yang tadinya di pergelangan tangan Alisya kini menjadi genggaman bak ingin dansa. Cowo berpupil mata coklat terang itu menatap Alisya dalam, ekspresi cowo itu sangat tenang namun berbeda dengan debaran jantungnya, debaran jantung yang bukan berasal dari Alisya itu ternyata dari cowo yang tatapannya sangat dalam mengarah ke dirinya, Alisya terdiam membatu dengan tangannya yang masih di genggam dengan tubuhnya dan tubuh cowo itu yang hampir bersentuhan sekitar satu sentimeter lagi jaraknya, masih melingkarkan tangan cowo itu di pinggang milik gadis ayu di hadapannya kini. Kedua mata mereka saling tatap menatap, cowo itu mendekat dan semakin mendekat, sekitar lima sentimeter dari wajah gadis ayu itu yang sudah bak tomat sekarang masih dengan tatapannya yang tak dapat teralihkan, cowo jangkung itu kemudian mengalihkan wajahnya ke samping kiri telinga Alisya yang mungkin sudah memerah, dan berbisik ke arah gadis itu.
"Maafin gue tuan putri, please," mohon cowo itu berbisik pelan dengan posisi mereka yang bak ingin berdansa. Alisya rasa seperti tersetrum kaget semakin membatu, masih menghadap kedepan tak berani menghadap ke arahnya, cowo itu menjauhkan wajah tegas miliknya dengan lesung pipi yang manis bak gula tersenyum ke arah Alisya melepaskan genggaman hangatnya perlahan mengambil tangan yang melingkar di pinggang milik gadis berbalut hijab itu dengan debaran cowo jangkung itu yang masih di dengar oleh Alisya.
"Btw, tumben nggak ada om satpam, kan biasanya udah stand by tuh di depan pager," cowo itu mengalihkan topik masih mendapati Alisya yang terdiam membatu, gadis ayu itu menunduk.
"Pak Tono lagi ada urusan bentar keluar" gadis ayu itu dengan nada dingin masih dengan sorot matanya yang mengarah kebawah.
"Ca, lo nggak apa-apa kan?" tanya cowo itu cemas yang tak lain dan tak bukan Ali sang perusak ketenangan Alisya.
"Al-" ucap cowo jangkung dengan kulit mulusnya yang kembali terpotong dengan Alisya yang kembali ingin melayangkan tamparan ke arah cowo gila itu dengan kedua mata Alisya yang mulai memerah. Usaha gadis ayu itu kembali di patahkan dengan tangan kekar Ali yang kembali menangkis dan menggenggam tangan kanan Alisya yang siap menamparnya keras.
"ALI KAMU-"
"Saya cuma minta maaf tuan putri, maafkanlah saya tuan putri," cowo itu memelas ke arah mata Alisya dengan puppy eyes, sedikit memajukan bibir merah muda miliknya. Alisya mengedipkan kedua matanya, bukan karena kelilipan namun heran melihat sisi lain dari cowo jangkung bertangan kekar itu menunjukkan sisi manisnya ke Alisya.
"Kenapa lo ngedip-ngedip gitu ca?," tanya cowo badboy itu mengangkat kedua alisnya melipat kedua tangannya di depan dada bidang milik cowo berandal itu.
"Kelilipan?"