Marsha and Miranda

Tesya Ridal
Chapter #3

I am Miranda

Fania wanita berusia 40 tahun itu sedang fokus menjahit pakaian putri bungsunya yang bernama Miranda.

“Mira, kalau main itu lain kali hati-hati ya Nak, masa anak perempuan bajunya bisa sobek kayak begini?” Ucap Fania yang sudah menyelesaikan jahitannya. 

“Aku main lompat tali Mi di sekolah, terus gak sengaja bajunya nyangkut di paku, jadinya robek,” ucap Miranda yang biasa dipanggil Mira. 

“Bu guru di sekolah ngasih PR gak?” Tanya Fania yang selalu teliti dengan tugas-tugas Miranda di sekolah. 

“Ada Mi, tapi Aku gak ngerti,” ucap Miranda dengan jujur sambil menyendok nasi dan lauk di atas piringnya. 

“Ya sudah cepetan habisin makanannya, selesai itu kerjain PRnya, nanti Mami bantu,” perintah Fania.

Miranda hanya mengangguk pasrah, sebenarnya ia termasuk tipe anak yang pemalas dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah yang membuat dirinya merasa pusing. 

“Bang Fadli kemana Mi?” Tanya Fania yang baru berumur enam tahun itu. 

Miranda memiliki saudara laki-laki yang jaraknya 11 tahun di atasnya.

“Abangmu pulangnya sore, soalnya ada kelas tambahan katanya,” ucap Fania sambil melipat baju sekolah Miranda yang baru saja selesai dijahitnya. 

Assalammualaikum,” salam seorang pria menggunakan baju seragam putih abu. 

Waalaikumsalam,” jawab Fania dan Miranda kompak. 

Pria yang memiliki tubuh tinggi dan berkulit putih itu segera berjalan menuju Fania, ia salim dengan mencium tangan ibunnya itu. 

“Sudah sholat Ashar Nak ?” Tanya Fania kepada Fadli. 

“Udah Mi,” jawab Fadli sambil berjalan menuju kamarnya. 

“Abang kenapa pulang sore ?” Tanya Miranda yang sedang mengerjakan tugas sekolahnya di dampingi Fania. 

“Ada kelas tambahan Dek,” jawab Fadli

“Tapi tadi Aku liat Abang bonceng cewek pas pulang sekolah. Siapa bang? ” Tanya Miranda polos. 

Fania seketika mengerutkan wajahnya sambil melihat ke arah Fadli. 

“I...i..tu guru Abang,” jawab Fadli merasa gugup.

Lihat selengkapnya