Martabak Manis Dua Rasa

Rio Nhana
Chapter #18

Bab 18. Bukan dari Ingatan yang Utuh, Tapi yang Masih Terluka

Satria duduk sendiri di ruang kendali. Cahaya layar menari di wajahnya yang letih. Buku harian itu masih terbuka, seperti luka yang tak ingin ia tutup terlalu cepat. Ia telah membacanya berkali-kali, tapi selalu berhenti di halaman yang sama—halaman tentang Sejiwa Reksa. Bukan karena nama itu asing. Justru sebaliknya. Nama itu seperti bayangan yang terus ia hindari tapi tahu takkan pernah benar-benar hilang.

Satria tahu, Senjani pernah mencintai seseorang sebelum dirinya. Ia tahu, dengan kedewasaan yang menyakitkan, bahwa cinta pertama tak selalu berarti cinta terakhir—dan dalam kasus Senjani, cinta itu tak pernah sempat selesai.

Jadi ketika sistem mementik—AI mimetik yang mereka kembangkan dengan tim neurologi—siap menerima input utama, Satria menulis nama itu. Sejiwa Reksa.

Bukan untuk membangkitkan kembali cinta lama istrinya. Tapi karena ia percaya, hanya luka yang belum sembuh yang sanggup menggerakkan jiwa yang hampir mati.

Lihat selengkapnya