Martabak Manis Dua Rasa

Rio Nhana
Chapter #22

Bab 22. Saat Matahari Tak Dikenali

Langit sore menggantung diam di balik kaca jendela rumah sakit. Di ruang rawat yang sama, tempat napas Senjani pernah nyaris diam, kini cahaya perlahan merembes masuk. Tangannya masih dingin, tapi tidak sebeku seminggu lalu saat ia lebih banyak menatap langit-langit putih tanpa benar-benar hadir di dunia ini.

Satria duduk di sampingnya, kali ini membawa sesuatu yang berbeda: sebuah foto kecil, kusam oleh waktu, bergambar anak kecil dengan pita merah muda di rambutnya. Tatapan gadis kecil itu penuh tanya, seperti sedang mencari sesuatu—atau seseorang.

“Ini... Aluna,” kata Satria pelan.

Senjani hanya menatap. Lama. Tidak ada kata keluar. Tapi dari sorot matanya, ada sesuatu yang bergerak—gemetar, tak sepenuhnya siap menyentuh kenyataan.

“Aku tahu dia,” bisiknya, seperti tengah meraba keping kenangan dari dalam kabut. “Tapi... seperti dari cerita yang belum sempat aku selesaikan.”

Satria tersenyum lemah. “Dia sudah tiga tahun waktu kamu kecelakaan.”

Senjani menutup mata. Di kepalanya, masih tersisa gema dari dunia lain—dunia yang dibangunnya selama koma. Dunia di mana bayi di dalam rahimnya baru saja ada. Dunia yang hanya mengenal awal, bukan pertumbuhan.

“Waktu di sana… aku baru tahu aku hamil. Itu saja yang terus muncul. Perasaan pertama kali tahu… ada kehidupan di dalamku,” ucapnya lirih.

“Dan bukan anak kita?” tanya Satria hati-hati.

“Bukan. Bukan wajahnya. Bukan suaranya. Hanya... rasa yang belum selesai.”

Satria menggenggam tangannya. Ia tahu, jalan menuju pulih bukan sekadar memulihkan memori, tapi mengizinkan kenyataan tumbuh kembali di dalam kesadaran.

“Aku tak ingin mempercepat semuanya,” lanjut Satria. “Tapi Aluna... dia menunggumu. Dia kadang berdiri di pintu, diam saja, seperti merasa ada yang tertinggal di baliknya.”

Air mata Senjani jatuh perlahan. Kali ini, bukan karena kehilangan—tapi karena kesadaran bahwa ia bisa memilih kembali.

“Bisakah kamu mengenalkannya padaku… sebagai seorang ibu yang belajar lagi?” tanyanya, dengan suara retak.

Lihat selengkapnya