Martabak Manis Dua Rasa

Rio Nhana
Chapter #26

Bab 26. Rumah yang Ditemukan Kembali

Langit sore menua perlahan di balik jendela mobil. Jingga tak lagi berapi, melainkan redup seperti kenangan yang terlalu lama disimpan. Senjani menggenggam tangan Aluna yang tertidur di pangkuannya. Satria menyetir pelan, seolah tahu mereka sedang menuju sesuatu yang tak bisa diburu.

“Sudah siap?” tanya Satria, tanpa menoleh.

Senjani mengangguk, meski keraguan masih tertinggal di sudut matanya. Sudah bertahun sejak ia terakhir datang ke rumah itu—rumah di mana ia pertama kali merasa punya tempat, bukan sekadar tempat tinggal.

Gerbang kayu tua masih sama, catnya mulai mengelupas. Halaman kecil dengan pohon belimbing yang dulunya sering ia panjat kini lebih rimbun, seperti menua bersama waktu.

Pintu terbuka bahkan sebelum mereka mengetuk. Seorang perempuan paruh baya berdiri di ambang, tubuhnya kecil tapi mata dan senyumnya menyala seperti dulu.

“Senjani…” suara itu pecah oleh waktu dan rasa.

Senjani berdiri mematung beberapa detik, lalu mendekat dan memeluk perempuan itu. Hangatnya familiar, namun kini mengandung lebih banyak lapisan: rindu, rasa bersalah, lega yang tak bisa didefinisikan.

“Ibu,” bisiknya.

Mereka duduk di ruang tamu yang penuh benda-benda lama: figura foto Senjani kecil, lukisan-lukisan kecil yang dulu dibuat untuk lomba sekolah, dan toples kerupuk yang masih ada di pojok lemari kaca.

Lihat selengkapnya