Nara melihat Randy di depan matanya.
Ih, tuh cowok ngapain sih di sini? Bikin gue sakit mata aja.
Nara melangkah dengan angkuhnya melewati mobil Randy. Dia mau bersikap seolah-olah tidak melihat si mantan.
"Ra, Ra!" begitu melihat Nara, Randy segera keluar dari mobilnya dan menghadang jalannya. "Aku mau ngomong sama kamu."
Nara terpaksa berhenti untuk meladeni mantan pacar kesepuluhnya itu. "Mau ngomong apa, sih? Emang masih ada yang mau dibicarain?"
Randy menatap sekeliling. "Gimana kalo kita ngobrolnya di tempat lain aja? Kayaknya kalo ngobrol di sini kurang enak."
Apa alasan Randy datang ke sekolah, dan apa tepatnya yang akan dibicarakan Randy, kelihatannya Nara masih cukup pintar untuk bisa menebak-nebak. Dan kalau memang tebakannya tidak meleset, Nara juga sadar kalau di depan gerbang sekolah bukan tempat yang cocok untuk membicarakan masalah pribadi. Dengan sangat terpaksa, Nara menyetujui ajakan Randy.
"Oke."
Randy senang sekali dan langsung membukakan pintu mobil untuk Nara "Silahkan."
***
Mobil Randy berhenti di pinggir jalan. Nara dan Randy masih berada di dalam mobil. Mereka sudah menemukan tempat yang cocok untuk mengobrol, tempat yang lumayan sepi. Sejak mobil berhenti beberapa menit yang lalu, Nara tetap bungkam. Dia duduk dalam diam tak bergerak sedikitpun seperti patung.
"Ra?"
"Hoh?" sahut Nara jutek, masih tidak mau melirik Randy sedikitpun.
"Kenapa kamu nggak angkat telepon aku? Semua chat aku juga kenapa cuma diread doang?"
"Gue sibuk," jawab Nara singkat. Masih jauh mending dia membaca chat dari Randy walaupun kesal. Dia sudah berpikir akan memblokir nomor ponsel Randy serta memblokir laki-laki itu dari hidupnya.
Randy terlihat kecewa. "Kamu nggak serius kan, sama omongan kamu yang waktu itu?"
Kali ini keadaan memaksa Nara untuk mau tak mau, suka tidak suka harus memandang Randy. Randy dengan wajahnya yang serius menatap Nara. "Jadi maksud lo gue nggak serius? Gue serius banget."
Randy mengangguk pelan, kecewa lagi dengan jawaban Nara. "Aku minta maaf kalo aku udah kecewain kamu dan bikin kamu marah. Tapi asal kamu tahu, aku sama Maira tuh udah nggak ada hubungan apa-apa lagi. Dia cuma mantan aku doang. Kamu percaya ya, sama aku. Aku masih sayang banget sama kamu, Ra. Aku mau kita baikan lagi. Aku nggak mau kita putus."