Keesokan harinya Billy mulai masuk sekolah. Dia mengenakan seragam SMA yang sama dengan yang dipakai Marvin. Billy sudah memutuskan untuk pindah ke SMA tempat Marvin sekolah. Dia punya alasan tersendiri kenapa memilih pindah ke SMA Pelangi. Berbeda dengan Billy yang bahagia sekali bisa satu sekolah dengan saudaranya, Marvin justru cuek-cuek bebek.
"Vin, anterin gue ke ruang kepala sekolah, dong." Billy menghampiri Marvin yang baru memarkir motor sport nya di area parkir sekolah.
Marvin melepas helm-nya dan menatap Billy dengan wajah jutek yang masa bodo. "Ini pagi, lho. Masa lo nggak berani ke ruang kepsek sendiri?"
"Vin, gue kan murid baru di sini. Ya gue nggak tahu lah di mana tempatnya. Lo anterin gue dan kasih tahu di mana tempatnya."
"Lo kan punya mulut buat nanya," jawab Marvin seraya turun dari motornya. "Jadi ya lo tanya aja sana sama orang-orang."
"Tapi kan, Vin--"
Marvin tidak mempedulikan Billy dan melenggang pergi begitu saja meninggalkan Billy yang kebingungan.
Sumpah, Billy kesal setengah mati dengan perlakuan Marvin ini. "Tuh anak emang bener-bener, ya? Heran gue sama dia."
Dengan sangat terpaksa, Billy pergi mencari sendiri letak ruang kepala sekolah-nya. Dia yakin dengan tanya-tanya sedikit, dia akan menemukan ruangan itu. Ruang kepala sekolah biasanya ada papan nama di atas pintu. Makanya Billy berjalan menyusuri lorong sekolah sambil menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri mencari tulisan 'Ruang Kepala Sekolah'.
Billy masih terus berjalan tapi belum juga menemukan ruangan itu. Laki-laki itu mulai kesal. "Ya ampun. Ini sekolah sebenernya ada ruangan kepsek nya apa enggak, sih? Jangan-jangan nih sekolah nggak punya kepsek, lagi."
BRUAGH!
Billy menabrak seseorang. Ralat---Billy ditabrak seseorang yang sedang berlari di lorong sekolah. Semua buku-buku yang dibawa orang itu jatuh semua berhamburan ke lantai di bawah kaki mereka. Masih untung keduanya tidak sampai terjatuh, hanya buku-buku saja yang jatuh.
"Aduh, ya ampun. Maaf ya, nggak sengaja." Nara terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Menabrak orang di lorong sekolah. "Kamu nggak kenapa-napa, kan? Nggak ada yang luka, kan?" Nara heboh sendiri dan memutar-mutar tubuh Billy memeriksa apa laki-laki itu terluka atau tidak. Kejadian dengan Marvin tempo hari lumayan membuatnya trauma kalau-kalau dia akan menyakiti orang lagi tanpa sengaja.
Tanpa melakukan apapun, Billy pasrah saja tubuhnya diputar-putar oleh Nara. Dia terllau fokus mengamati wajah Nara yang panik itu. Billy diam-diam tersenyum.
"Nggak ada yang luka," kata Nara sendiri setelah yakin kalau Billy baik-baik saja. "Kamu beneran nggak apa-apa?"
"Aku nggak apa-apa," jawab Billy yang langsung jongkok memunguti buku Nara yang berserakan di lantai.
Nara ikutan jongkok membereskan buku-bukunya. "Maaf ya, tadi aku lagi buru-buru mau piket. Nggak lihat ada orang di sini."
"Iya, nggak apa-apa." Billy berdiri dan memberikan setumpuk buku milik Nara. "Ini buku kamu."
"Makasih." Nara kerepotan menata bukunya yang seabrek,. "Ngomong-ngomong kamu ngapain berdiri di sini?"
"Aku lagi nyari ruang kepala sekolah."