Marvin untuk Nara

Larasatiameera
Chapter #9

9. Dicuekin Marvin

Nara dan Thalita berdiri di depan kelas 12 IPA 1---kelas Marvin. Sejak dulu baru kali ini Nara berani datang ke kelas itu untuk menemui Marvin. Sebelumnya hal ini belum pernah terjadi. Jangankan untuk nekat menemui Marvin, lewat di depan kelasnya saja Nara tidak punya keberanian. Tapi hari ini berbeda. Nara sudah terlanjur punya urusan dengan laki-laki itu dan dia harus berani menghampirinya.

"Ayo cepetan sana," ujar Thalita. "Katanya mau minta maaf? Tuh, orangnya ada di dalem."

Nara mengintip ke dalam kelas dan memang melihat Marvin di dalam. Marvin sedang duduk sendirian di bangkunya sambil membaca buku. Saat jam istirahat, di kelas itu lumayan sepi. Selain Marvin, hanya ada beberapa murid di dalam.

"Cepetan sana."

"Iya, berisik banget lo?" Nara kesal Thalita ribut terus, padahal Nara masih berusaha mengumpulkan keberaniannya untuk menemui Marvin.

Setelah menarik napas panjang berkali-kali, Nara memberanikan dirinya untuk melangkahkan kakinya memasuki ruangan kelas itu. Dengan berbagai pertimbangan dan pemikiran yang matang dan siap setiap saat kalau Marvin memarahinya lagi seperti waktu itu.

Tapi kalau dipikir-pikir memang semua itu kesalahan Nara dan Nara pantas mendapatkan makian-makian dari Marvin. Sekarang ini kelas 12 IPA 1 sudah berubah menjadi seperti sebuah kandang singa saat Nara memasukinya. Kandang singa dengan seekor singa buas di dalamnya yang setiap saat bisa menelannya hidup-hidup.

Dan apaan nih? Gue ngibaratin Marvin sebagai singa buas? Haduh ngawur! Nara memaki dirinya sendiri.

Nara berjalan semakin dekat dan semakin dekat dengan tempat Marvin duduk. Karena kebetulan tempat duduk Marvin di deretan paling depan jadi cepat sampainya. Sementara Thalita menunggu di luar dan mengintip sambil berdoa supaya Nara baik-baik saja setelah bertemu Marvin.

Marvin yang sedang sibuk membaca buku, tidak peduli ada seseorang yang menghampirinya meskipun dia tahu.

"Nggg ... permisi," sapa Nara dengan suara gemetar.

Marvin mengangkat kepalanya, menoleh memandang Nara. "Ada apa?" tanya Marvin cuek.

Nara menelan ludahnya. "Gimana luka kamu? Kamu baik-baik aja, kan?" Basa-basi, Nara melontarkan pertanyaan itu. Karena sebenarnya dia juga khawatir dengan luka Marvin.

"Menurut lo?"

Nara tahu, pasti Marvin masih marah sama dia. Dia memejamkan matanya sejenak untuk mengusir kegugupan di hatinya. Lalu kembali membukanya bersamaan, dan yang dia lihat tetap sama. Seorang laki-laki tampan yang selalu ada di hatinya. Tidak peduli seberapa kasar dan menyebalkannya sifat laki-laki itu, Nara tetap tidak bisa berpaling atau pun melupakan dia.

"Marvin ... aku minta maaf. Maaf karena aku udah bikin kamu luka kemaren. Aku bener-bener nggak sengaja. Tapi aku janji, aku bakal tanggung jawab, kok. Jadi please ... maafin aku, ya."

Marvin menutup bukunya lalu bangkit dari duduknya. Menatap Nara dengan tatapan khasnya yang sinis. "Pergi," usir Marvin dengan suara datar tapi pasti.

"Tapi, Marvin ...."

Sebelum Nara kembali meminta maaf lagi, Marvin melenggang pergi keluar kelas dengan angkuhnya. Sepertinya karena Nara tidak mau pergi, dia memutuskan kalau dia yang pergi. Thalita langsung menyingkir begitu melihat Marvin berjalan menuju pintu.

Lihat selengkapnya