Billy berjalan dengan langkah ragu menaiki anak tangga rumahnya menuju lantai dua. Saat Billy sampai di atas, dia berhenti dan berdiri di ujung tangga. Dia mendengar sebuah suara dari dalam kamar Marvin. Tapi suara ini bukan suara biola lagi atau suara alat musik lainnya, melainkan suara yang lain.
Dug! Dug! Dug!
Suara pelan yang beraturan masih terus tersengar dari dalam kamar Marvin.
Setelah diam cukup lama, Billy melangkah lagi dan berjalan menuju kamar Marvin. Dia berdiri di depan pintu dan mengetuk pintu.
TOK TOK TOK!
"Masuk," sahut Marvin dari dalam dan suara yang tadi didengar Billy masih terus terdengar.
Billy tidak perlu mencari tahu atau memikirkan apa tepatnya suara yang berasal dari dalam kamar itu. Dia memengang gagang pintu dan membukanya. Dari ambang pintu, Billy bisa melihat dengan jelas apa yang sedang dilakukan Marvin sedari tadi.
Marvin sedang duduk di tepi ranjangnya sambil memantul-mantulkan bola basketnya ke lantai. Suara yang sejak tadi terdengar adalah suara pantulan bola Marvin yang dibenturkan ke lantai kamarnya. Saat ini pun, Marvin masih belum mengakhiri kegiatannya itu.
"Ada apa?" tanya Marvin cuek tanpa menoleh ke arah pintu.
Billy melangkah masuk dan mendekati Marvin yang masih asyik dengan bola basketnya. "Lo kenal sama Nara, kan?"
"Nggak," jawab Marvin santai tanpa berpikir, karena memang Marvin tidak menenal nama itu. Seharusnya Billy pun tahu kalau Marvin tidak pernah berniat punya teman di sekolahnya. Hanya saja, mengingat masalahnya dengan Nara, Billy pikir adiknya itu mungkin mengenal Nara.
"Cewek yang udah ngelukain kepala lo tanpa sengaja." Dengan mencoba untuk tetap sabar, Billy memperjelas kalimatnya. "Nara anak kelas 12 IPS 1."
Marvin langsung tahu saat Billy membahas mengenai luka di kepalanya. Dia juga baru tahu kalau gadis itu bernama Nara. "Kenapa sama dia?" Sampai sekarang Marvin masih bersikap masa bodoh.
"Dia nggak sengaja. Jadi gue minta lo buat maafin dia," ujar Billy.