"Marvin, Marvin. Kita mau ke mana, sih?"
Setelah cukup jauh dari kerumunan orang, Marvin melepaskan tangan Nara yang sedari tadi dicengkeramnya. "Lo sengaja mau malu-maluin gue, kan?!"
"Enggak. Aku nggak bermaksud kayak gitu, kok," bela Nara pada dirinya sendiri.
"Kalo nggak, maksud lo apa nulis-nulis nama gue di spanduk gede? Lo mau mempermalukan gue di depan semua orang, kan?!" Marvin marah-marah.
Nara tidak gentar dengan kemarahan Marvin. Dia sudah bertekad melakukan apapun. "Aku ngelakuin semua itu karena aku pengen minta maaf sama kamu, Marvin. Cuma itu doang, nggak ada alasan yang lain. Aku harus jelasin berapa kali sih, biar kamu ngerti kalo aku serius mau minta maaf sama kamu?"
Seakan sudah bosan mendengar jawaban Nara, Marvin semakin kesal. Semua kelakuan Nara hari ini membuatnya speechless. "Gue minta mulai sekarang lo berhenti minta maaf sama gue. Karena apapun yang lo lakuin cuma bakal bikin gue semakin nggak pengen buat maafin lo." Marvin pergi setelah memelototi Nara.
"POKOKNYA AKU NGGAK BAKAL NYERAH, MARVIN!" teriak Nara ke tempat Marvin pergi.
Marvin tidak peduli.
Billy datang menghampiri Nara setelah melihat Marvin pergi.
Nara kaget dengan kedatangan Billy. "Billy?"
"Aku minta maaf, Ra. Aku nggak berhasil bujuk Marvin buat maafin kamu." Billy berkata dengan penuh penyesalan.
"Nggak apa-apa, Bil. Lagian harusnya aku yang minta maaf sama kamu. Nggak seharusnya aku nyuruh kamu buat ngomong sama Marvin. Ini bukan urusan kamu. Harusnya aku nggak perlu ngelibatin kamu dalam hal ini." Untuk hal yang satu ini Nara benar-benar menyesalinya. "Pasti kamu sama Marvin berantem ya, gara-gara masalah ini?"
Billy cuma tersenyum sambil sedikit menundukkan kepalanya, menyembunyikan senyumannya itu. "Nggak, kok. Aku nggak berantem sama Marvin. Udah ya, nggak usah dibahas lagi. Kamu nggak perlu merasa bersalah sama aku."
Nara mengangguk kecil.
"Tapi, Ra ... harusnya kamu nggak perlu sampe sejauh ini buat minta maaf sama Marvin. Kamu tahu, semakin Marvin nggak suka sama semua usaha kamu, dia juga akan semakin sulit untuk bisa maafin kamu." Ucapan Billy ini sangat mengandung sebuah arti. Itu sama saja Billy menyuruh Nara menyerah dan berhenti melakukan hal-hal konyol itu. Menurut Billy, itu semua terlalu berlebihan hanya untuk mendapatkan kata 'maaf'.
Meskipun Nara tahu yang dikatakan Billy itu sangat benar adanya, tapi seolah Nara sudah menutup telinganya dari berbagai hal yang tidak ingin dia dengar. Dia tetap pada pendirian awalnya. Berusaha mendapatkan maaf dari Marvin, dan dia tidak akan berhenti sebelum berhasil.
"Billy, orang keras kepala kayak Marvin itu juga harus diimbangi dengan usaha yang keras juga," Nara berusaha memberikan penjelasan menurut 'versinya'. "Aku nggak akan nyerah."
Dalam keadaan yang sudah seperti ini, Billy tidak bisa melakukan apa-apa lagi selain diam. Melihat kegigihan Nara melakukan apapun demi Marvin, membuatnya merasa takut. Dia gagal membujuk mereka berdua untuk segera mengakhiri urusan ini. Marvin yang tetap tidak mau memaafkan, dan Nara yang tetap nekat untuk minta maaf.
*
Hari ini bukan hanya kenyang mendapat kegalakan Marvin yang marah-marah gara-gara aksi gilanya, Nara juga mendapat teguran dari Billy yang mengatakan bahwa tindakannya itu salah. Belum cukup semua itu, sekarang Nara mendapat teguran lagi dari Thalita---sahabatnya.
"Nara, gue bener-bener heran sama lo. Ngapain sih, lo harus capek-capek ngelakuin hal-hal nggak berguna kayak gitu? Cuma buat minta maaf? Lo nyadar nggak sih, kalo lo tuh udah berlebihan banget sama si Marvin?" Thalita ngomel-ngomel. "Udah deh, daripada semakin memperpanjang masalah, lo stop aja minta maaf sama dia."
Nara memijat-mijat pelipis wajahnya dengan segala omelan-omelan yang dilontarkan Thalita. Kepalanya mulai puyeng.