Gadis itu mulai melihat sebuah kamar bernuansa serba putih dan suara aneh yang dicarinya itu semakin jelas terdengar saat pintu terbuka. Nara berhasil membuka lebar pintu itu, melihat Marvin sedang duduk di pinggiran tempat tidur sambil memainkan bola basketnya dan memantul-mantulkannya ke lantai kamar. Nara lega seketika, setidaknya apa yang dia pikirkan tidak terjadi. Tidak ada pencuri atau Marvin yang sedang merobohkan dinding kamarnya. Hanya Marvin yang bermain basket dengan cara tak biasa.
Marvin melihat kehadiran Nara di kamarnya. Dia merasa kesal karena gadis itu membuka pintu kamarnya tanpa izin darinya. "Ngapain lo?"
"Hah? Aku ...aku ...." Nara gelagapan, lalu mengambil sapu dan tongkat pel yang tadi dia bawa. Menunjukkannya ke Marvin. "Aku mau bersihin lantai atas. Yang di bawah udah selesai soalnya."
"Nggak usah."
"Apa?"
"Gue bilang nggak usah." Marvin mengulangi.
Nara bingung. "Kenapa?"
"Lantai dua nggak usah dibersihin," kata Marvin yang sekarang ini sudah menghentikan acaranya memantul-mantulkan bola ke lantai, "Gue nggak suka ada orang lain yang nyentuh barang-barang gue. Gue juga nggak suka ada orang asing yang masuk kamar gue sembarangan. Jadi lantai dua nggak usah dibersihin.
Nara mengangguk menurut. "Oke. Terus?"
"Pergi ke bawah. Bersihin garasi." Marvin memberikan perintah tak terbantahkan.
Seperti orang yang sudah dihipnotis, Nara pun menurut saja. "Ya udah, deh." Dia membawa kembali peralatan bersih-bersihnya ke lantai dasar.
*
Hari menjelang sore. Nara keluar dari kamar mandi sehabis cuci muka dan membersihkan tangan dan kakinya. Tugasnya bersih-bersih sudah selesai sore ini. Kedua tangan dan kakinya lumayan pegal juga. Tapi dia beruntung karena Marvin memberinya dispensasi lantai dua tidak perlu dibersihkan. Kalau saja semuanya dibersihkan, Nara yakin dia tidak akan sanggup menyelesaikannya sampai sore ini.
"Marvin mana, ya?" Nara celingak-celinguk mencari Marvin.
Marvin yang sedang dicari-cari Nara, ada di halaman belakang. Dia duduk di teras sambil memainkan bola basketnya, memindahkannya dari tangan satu ke tangan yang lain. Dia melamun.
Nara muncul dari dalam. Dia senang menemukan Marvin di sana. "Marvin!" tanpa berpikir panjang lebar, dia mengambil posisi duduk di sebelah laki-laki itu."Kamu lagi ngapain sih, di sini? Aku cariin dari tadi juga."
"..."
Nara melihat bola basket yang sedang dimainkan oleh Marvin, serta sebuah lapangan basket di depan matanya. "Kamu suka main basket?"
Marvin tidak menjawab.
"Aku dari dulu juga suka banget main basket meskipun permainan aku mungkin nggak bisa sebagus kamu." Nara terkekeh. "Tapi kalo kamu main main basket sama aku juga nggak masalah. Ayo kita main basket sama-sama."