Marvin tidak perlu tanya dari mana Billy tahu. "Iya. Kenapa?" Dia memutar-mutar bolanya dengan cueknya. Memusatkan perhatiannya pada bolanya.
"Lo tulus maafin kesalahan dia atau lo cuma pura-pura?" Billy curiga dengan Marvin. Karena dia kenal betul sifat sepupunya itu seperti apa.
Marvin meluruskan pandangannya menatap Billy yang sedang bicara dengan dia.
"Lo nggak lagi punya rencana jelek kan tentang Nara? Gue kenal betul sifat lo, Vin. Memaafkan kesalahan orang lain? Itu bukan lo banget. Gue tahu itu."
"Terus? Apa yang lo pikirin tentang gue?" Marvin bertanya dengan nada sinis. Bukannya Marvin tidak mengerti maksud Billy bertanya seperti itu padanya, tapi Marvin memang tidak pernah mau peduli.
"Vin, gue serius. Gue nggak mau lo sampe mempermainkan Nara."
Marvin cuma tersenyum kecil dan melemparkan bola basket ke arah Billy.
Dengan sigap Billy berhasil menangkap bola itu.
"Siapa yang mempermainkan siapa?" tanya Marvin cuek. "Bukannya dulu lo sendiri yang nyuruh gue buat maafin cewek itu? Sekarang giliran gue udah maafin, kenapa lo masih banyak tanya?"
"..."
Marvin berjalan mendekat ke arah Billy dan merebut bola basket di tangan Billy. "Lo pernah bilang, gue suruh maafin dia dan semua urusan selesai. Sekarang semuanya udah beres, kan. Jadi mendingan lo nggak usah banyak tanya lagi."
Marvin melenggang pergi, sedangkan Billy tertinggal sendirian di tempatnya. Sebenarnya Billy juga bingung dengan dirinya sendiri. Dulu meskipun tahu Marvin tidak mungkin memaafkan kesalahan orang lain, tapi dia tetap memaksa untuk memaafkan Nara meskipun itu hanya untuk Nara saja. Tapi begitu Marvin sudah memaafkan Nara, Billy jadi gelisah. Dia terus gelisah dan tidak bisa untuk tidak gelisah kalau menyangkut Nara.
***
Nara jalan berdua dengan Tahlita di sekolah pagi ini. Thalita sedang asyik bercerita mengenai pengalamannya mendaki gunung dengan omnya yang memang punya hobi berpetualang. Sedangkan Nara merasa bahagia sekali karena sudah mendapat maaf dari Marvin. Dia berharap mulai hari ini hubungannya dengan Marvin akan membaik. Syukur-syukur mereka bisa berteman baik. Satu tahap menuju tahap berikutnya.
"BILLY!!!" Nara mengangkat tangannya saat melihat Billy yang baru datang.
Billy tersenyum melihat Nara. Dia segera mempercepat langkahnya menuju ke arah Nara dan Thalita berada.
"Hai, semua," sapa Billy ramah.