Marvin membuka pintu kamar Billy dengan kasar. Terlihat ruangan dengan nuansa serba biru. Itu ciri khas kamar Billy yang menyukai warna biru laut terang. Billy yang kebetulan ada di dalam, tentu terkejut melihat Marvin yang tiba-tiba datang ke kamarnya. Tidak biasanya Marvin datang ke kamarnya seperti hari ini. Billy langsung punya firasat tidak baik begitu bertatap muka dengan Marvin dan melihat wajah serius Marvin yang penuh kemarahan itu.
"Kenapa, Vin?" tanya Billy yang tetap berusaha setenang mungkin sebelum jelas apa masalahnya. "Tumben?"
"Apa aja yang udah lo bilang sama cewek itu?"
Billy mengerutkan dahinya. "Maksud lo? Cewek itu? Siapa?" Sepertinya Billy mulai paham di sini. Belakangan ini mereka berdua hanya meributkan tentang satu masalah dan satu gadis saja.
"Nara." Marvin tidak sabar. Dia sedang berusaha mengendalikan emosinya. "Lo cerita apa aja sama dia soal keluarga gue? Lancang banget lo ekspos tentang kehidupan pribadi gue sama orang lain? Apa hak lo ngelakuin itu?"
Apa yang dipikirkan Billy benar adanya. Ini semua memang ada hubungannya dengan Nara dan juga tentang Billy yang dulu sempat menceriatakan sedikit mengenai masa lalu sepupunya itu dan keluarganya.
Dengan memasang wajah galaknya, Marvin berkacak pinggang seolah siap menantang Billy untuk duel. "Denger ya, Bil. Jangan mentang-mentang lo sepupu gue, terus lo bisa seenaknya ekspos tentang keluarga gue sama siapapun tanpa seijin gue. Lo nggak berhak daan lo nggak tahu apa-apa tentang keluarga gue. Jadi mendingan lo nggak usah ikut campur."
"Vin, gue bisa jelasin sama lo." Billy mencoba memberi pengertian pada Marvin. "Gue nggak ada maksud apa-apa. Dan gue minta maaf kalo misalnya lo tersinggung."
Tawa sinis yang ditebar oleh Marvin.
Tawa sinis yang ditebar oleh Marvin. "Lo sadar nggak sih, kalo sekarang lo tuh udah terlalu banyak ikut campur sama urusan pribadi gue. Kalo emang lo pengen cerita, kenapa harus cerita soal keluarga gue? Kenapa nggak lo ceritain aja soal keluarga lo sendiri? Keluarga lo jauh lebih bahagia kan, dibanding sama keluarga gue?"
"Vin--"
"Bil." Marvin memotong pembelaan yang akan diutarakan oleh Billy. "Lo tahu kan, gue nggak suka kalo kehidupan pribadi gue diekspos? Lo tahu?" tanya Marvin seakan tahu kalau Billy pasti akan menjawab 'iya'.
"..."
"Gue nggak suka, Bil. Lo tahu, kan?"
Billy mengangguk. "Iya, gue tahu."
Marvin membuang muka, meredakan kemarahannya karena alasan tertentu. "Apa aja yang udah lo ceritain ke Nara? Selain tentang orang tua gue, lo udah cerita apa aja sama dia?" tanya Marvin dengan suara lebih rendah dari sebelumnya.
"Nggak ada," jawab Billy. Dia paham betul maksud dari pertanyaan Marvin ini. "Gue nggak cerita apa-apa selain itu. Lo percaya sama gue, Vin."
"Oke," angguk Marvin. Hatinya sedikit lega dengan jawaban Billy. "Gue percaya sama lo."