Sejak kejadian di taman bunga sekitar seminggu yang lalu, hubungan Marvin dan Nara yang sempat membaik kini mulai merenggang lagi. Tiap kali bertemu Marvin di sekolah secara sengaja atau tidak, laki-laki itu selalu menghindari Nara. Nara yang punya sifat pantang menyerah untuk minta maaf itu pun sepertinya sudah tidak mempan lagi untuk Marvin. Sebenarnya dalam hal ini kesalahan Nara tidaklah sefatal dulu saat insiden 'batu nyasar', kesalahan Nara dia hanya keceplosan mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak harus dia katakan dan membuat Marvin marah.
Di saat Nara yang galau karena Marvin lagi-lagi bersikap cuek padanya, Billy yang selalu ada di sampingnya berperan sebagai seorang teman yang baik dengan memberikan perhatian kepada Nara.
"Nih, minum dulu, kek. Daripada bengong terus." Billy menghampiri Nara yang sedang duduk sendirian di bangku taman dengan membawakan segelas minuman dingin.
Nara tersenyum menerima minuman dari tangan Billy. "Makasih, Bil."
"Lagi mikirin sapa, sih? Kok dari tadi dieemmmm aja?" tanya Billy. "Thalita mana? Tumben nggak nemenin sabahatnya yang lagi galau ini?"
"Thalita lagi ada tugas tambahan dari Pak Ridho," jawab Nara. "Tahu sendiri kan, kalo Thalita itu selalu juara kelas. Dia sering dimintai bantuan sama para guru-guru."
Billy mengangguk-angguk sambil minum. "Iya, sih. Aku juga denger kalo Thalita itu bintang sekolah dan udah sering dapet penghargaan karena kepandaiannya. Nggak nyangka ya, bawel-bawel kayak gitu ternyata berotak encer."
Nara tidak bisa menahan tawanya mendengar ucapan Billy tentang Thalita. Dia tertawa lebar. "Hahahaha ...."
Melihat tawa lepas Nara, Billy tampak senang. Dia berhasil membuat Nara tertawa. "Iya, kan. Thalita itu bawel tapi otaknya cerdas. Aku aja heran."
"Iya, iya. Kamu bener banget. Meskipun bawelnya selangit, tapi dia pinter. Selain itu, dia juga sahabat terbaik aku, lho," ujar Nara sambil tertawa.
Marvin sedang berjalan di teras sekolah, dan langkahnya terhenti melihat Nara dan Billy tertawa bersama di taman. Perasaan yang ada di hati Marvin yang selama ini belum pernah ada, perasaan marah ketika melihat seseorang yang meskipun sebentar pernah dekat dengannya, sekarang dekat dengan orang lain. Marvin mungkin tidak begitu memahami rasa marah dalam dirinya melihat kedekatan Nara dengan Billy. Belum lagi tentang semua perhatian Billy kepada Nara. Marvin cemburu kah?
"Apa sekarang masih sedih?"
"Sedih kenapa?" tanya Nara pura-pura tidak tahu.