Marvin untuk Nara

Larasatiameera
Chapter #40

40. Pengakuan

Suara ombak Pantai Mutiara terdengar sangat mengerikan. Ombak datang bergulung-gulung menghantam sekumpulan batu karang yang terdampar di pinggir laut. Suasana sore hari menjelang malam terlihat dari matahari yang mulai merendah. Langit sore berwarna jingga yang menjadikan pantai itu sangat indah dipandang, siapapun pasti akan merasakan hal yang sama bahwa berada di tepi laut dan menatap sunset adalah hal yang menyenangkan.

Namun semua itu bukan lagi hal yang menyenangkan bagi Nara. Ombak pantai, embusan angin, sunset ... semua keindahan itu kini tak terasa indah di mata Nara. Yang terlihat di mata Nara saat ini hanyalah kehampaan. Hari ini, detik ini juga, Nara akan mencoba suatu hal yang selama ini selalu dia jaga baik-baik keberadaannya, untuk dia relakan terlepas dari hidupnya kalau memang itu bukanlah miliknya. Nara harus melakukan itu. Mencoba menerima apapun hari ini.

Nara menghapus air matanya. Dia duduk sendirian di gazebo sambil menatap ke arah lautan sekaligus memandangi matahari yang hampir tenggelam. Dia ingin melihat sunset hari ini. Warna langit jingga mulai memerah dan sebentar lagi akan gelap.

"Nara!"

Dengan enggan Nara menoleh. Dia melihat Marvin berjalan menuju ke tempatnya dengan tersenyum. Sebuah senyuman yang selalu bisa menggetarkan hatinya dan membuatnya selalu bahagia. Tapi sekarang berbeda. Sudah beberapa hari ini Nara justru merasa sedih melihat senyuman itu. Kali ini pun Nara juga tidak bisa untuk membalas senyuman itu. Saat Marvin duduk di sebelahnya pun, Nara justru mengalihkan pandangannya dari Marvin dengan kembali menatap lautan lepas.

Keduanya duduk bersebelahan menatap ombak pantai dan sunset. Hembusan angin segar menerpa tubuh mereka. Dingin, tapi terasa sejuk. Matahari sebentar lagi tenggelam dan hanya terlihat dua bayangan orang yang sedang menatap langit senja. Marvin dan Nara. Kedua bayangan itu tetap berada di tempat semula. Menikmati pemandangn sunset dengan pikiran masing-masing.

Tidak membutuhkan waktu sampai sepuluh menit, langitpun gelap. Matahari sudah benar-benar tenggelam sekarang. Di tempat itu mulai gelap dan hanya ada cahaya remang-remang dari lampu-lampu jalanan.

"Tumben ngajak ketemuan di sini? Padahal aku bisa jemput kamu, lho. Tempatnya jauh ini." Marvin mengawali pembicaraan setelah mereka hanya saling mendiamkan diri satu sama lain yang dianggap Marvin itu memang sengaja karena mereka ingin menikmati sunset tanpa gangguan apapun. "Kangen sama pantai ini, ya?" Marvin menanyakan itu bukannya tanpa maksud. Karena di pantai itu dulu mereka mengawali hubungan mereka.

Nara masih tetap diam tanpa reaksi apapun.

"Nara." Marvin mulai dengan kebingungannya. "Kamu kenapa sih, sebenernya? Kalo lagi ada masalah kenapa kamu nggak mau cerita sama aku? Aku janji bakalan bantuin kamu sebisa aku. Asal kamu jangan kayak gini terus. Aku bingung lihat kamu terus-terusan murung kayak gini. Ada apa, sih?" Sekali lagi Marvin mencoba untuk bertanya. Hanya itu yang bisa dia lakukan untuk saat ini.

Nara merasakan debaran jantungnya yang semain cepat. Dia menelan ludah untuk mencoba mengontrol emosinya sebelum mengatakan sesuatu pada Marvin. "Justru aku ngajak kamu ketemuan di sini, karena aku pengen ngomong sesuatu sama kamu."

"Apa? Bilang aja." Marvin sedikit lega karena akhirnya Nara mau bercerita padanya.

Nara tidak langsung menjawab. Dia menarik napas panjang-panjang untuk mengurangi kegugupannya.

"Kenapa? Apa yang mau kamu bicarain sama aku?"

Lihat selengkapnya