Nara tersentak kaget. Dia pasti salah dengar sekarang. Marvin memaafkannya? Semudah itu? Mana mungkin Marvin akan semudah itu memaafkannya? Kesalahannya kali ini terlalu besar untuk dimaafkan semudah itu oleh Marvin.
"Apa?"
"Aku maafin kamu." Marvin mengulangi ucapannya dengan lebih jelas dan perlahan. "Aku maafin kamu. Oke?"
Nara terdiam, tidak percaya dengan kenyataan yang dia terima hari ini. Detik ini. Dia paling tidak bisa membedakan mana mimpi mana kenyataan. Dan saat ini apa yang sedang dia lalui? Mimpi atau kenyataan?
"Apapun kesalahan kamu, sebesar apapun kesalahan kamu, aku akan memaafkan semuanya. Asal kamu harus melupakan semuanya. Lupakan tentang kecelakaan sepuluh tahun yang lalu. Lupakan," pinta Marvin.
"..."
"Kalo kamu pikir aku akan membenci kamu karena hal itu, kamu salah. Aku nggak membenci kamu. Nggak sama sekali." Marvin menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Kamu udah merubah semuanya. Merubah aku. Jadi gimana mungkin aku bisa membenci seseorang yang sudah berhasil mengembalikan tawa dan kebahagiaan aku yang bertahun-tahun pernah hilang? Itu nggak mungkin."
Nara tidak menyangka dia akan dimaafkan dengan begitu mudah kali ini. Padahal kesalahannya sangatlah besar. Namun justru itu membuatnya tidak tenang sekarang.
"Jadi aku minta, kamu lupain semuanya tentang kecelakaan itu. Jangan lagi menyalahkan diri kamu sendiri karena itu bukan salah kamu. Oke? Lupakan semuanya."
Nara dengan perlahan menarik kedua tangannya yang ada di dalam genggaman Marvin.
Melihat tangan Nara yang terlepas dari genggamannya, membuat Marvin kembali bertanya-tanya.
"Kamu bener, Marvin," ujar Nara. "Aku emang harus melupakan kecelakaan itu. Dan aku pasti akan melupakannya."
"Iya, kamu emang harus melupakannya," sambung Marvin.
"Dan juga ..." Nara memberanikan dirinya untuk menatap mata Marvin, "aku akan melupakan semuanya. Termasuk kamu dan hubungan kita."