Marvin untuk Nara

Larasatiameera
Chapter #42

42. Kekacauan

Keluarga Billy dilanda kecemasan dan ketakutan yang amat sangat, ketika Marvin yang baru pulang dari suatu tempat tiba-tiba mengamuk di kamarnya. Dia melempar barang-barang dan memecahkan apapun yang ada di dalam kamarnya. Rak berisi tumpukan buku kini sudah kosong dan semua isinya berpindah berserakan di lantai. Meja belajar yang awalnya rapi, kini sudah bersih karena Marvin sudah melempar semuanya ke arah mana pun dia mau. Dia juga melempar selimut dan bantal gulingnya ke sembarang tempat.

"GUE BENCI SEMUA ORANG!" teriaknya dalam amarahnya. "PEMBOHONG SEMUANYA! PEMBOHONG!" Marvin membanting sebuah vas bunga dari keramik ke lantai dan pecah.

Pintu menjeblak terbuka, Billy terkejut dengan kondisi kamar Marvin yang berantakan sudah mirip kapal pecah itu.

"Eh, Marvin. Lo apa-apaan, sih?" Billy meraih lengan Marvin untuk mencoba menghentikan amukan itu.

Nadia dan Cindy berdiri di ambang pintu dengan wajah cemas dan ketakutan. Selain itu mereka juga bingung apa yang terjadi dengan Marvin.

Marvin tidak mempedulikan Billy yang memegang lengannya, dia tetap berontak dan melempar apapun yang masih tersisa, menjadikannya sama dengan nasib semua barang-barang yang sudah berserakan di lantai kamar. Marvin seperti orang yang kehilangan akal sehat saat ini, dia ingin meluapkan seluruh emosinya dengan melakukan apapun di kamarnya. Hanya di kamarnya. Sekarang ini seolah suasana kamarnya yang berantakan sama persis dengan suasana hatinya yang kacau balau.

"Lepasin gue!"

"Vin, lo jangan gila, ya! Lo nggak bisa bersikap kayak gini!" Billy menegur setengah memarahinya.

"Minggir!" Marvin mendorong Billy dan berjalan menuju sudut ruangan di mana di sana ada biola dan gitar yang menggantung di tembok. Marvin juga ingin membanting kedua benda kesayangannya tanpa ingat kalau benda itu selama ini berharga untuknya.

"Marvin!"

Tangan kanan Marvin hampir meraih biola saat Billy berhasil menariknya.

"Lo apa-apaan sih, kayak gini? Sadar, Marvin! SADAR!" Billy berbicara dengan suara tinggi.

Marvin semakin marah karena Billy tetap menahannya untuk melakukan sesuatu yang dia inginkan. Dia mendorong Billy lebih keras dari sebelumnya. Dan kali ini sukses membuat Billy terjatuh di lantai, bergabung dengan buku-buku Marvin yang berserakan di sana.

"Billy!" Nadia khawatir melihat perlakuan kasar Marvin terhadap Billy. Dia mau masuk dan menolong Billy tapi Cindy mencegahnya.

"Jangan, Ma. Lebih baik kita nggak usah ikut campur."

Billy bangkit dan bertatap muka dengan Marvin. Dia sadar kalau Marvin yang dilihatnya hari ini bukan Marvin yang selama ini dia kenal. Emosinya benar-benar tidak terkontrol.

"KELUAR!" usir Marvin.

"Vin, lo kenapa, sih?" Billy masih bingung dengan perubahan sikap sepupunya yang mendadak ini.

Marvin meraih jam beker dari atas mejanya---satu-satunya benda yang masih tersisa dan melemparnya ke tembok tepat di sebelah Billy berdiri. Tidak bermaksud melemparkannya ke arah Billy tapi itu adalah caranya mengusir Billy keluar dari kamarnya. "Gue bilang keluar ya keluar!"

Billy lumayan shock juga dengan lemparan itu, meskipun tidak ditujukan langsung padanya. "Marvin!"

"Lo nggak usah sok-sok an peduli sama gue! Nggak usah sok-sok an khawatir sama gue! Karena semua orang itu pembohong! Termasuk juga lo!" Marvin menunjuk tepat di dada Billy. "Jadi gue bilang sama lo, jangan ikut campur dalam hal apapun! KELUAR SEKARANG!"

Billy terbengong-bengong melihat Marvin. Sejak dua bulan terakhir ini baru hari ini dia kembali melihat Marvin yang sekasar itu.

Lihat selengkapnya