Di tengah kekalutan tentang kondisi kedua orang tua Putri. Dia yang tak mampu berbuat apa-apa tentang kondisi Ayah dan Ibunya. Hal itu terlihat saat pembelajaran di kelas, dia tampak murung dan tidak ceria seperti biasanya. Sedangkan Putri harus mampu berkompetisi di ajang perlombaan sains.
”Kamu kenapa?” tanya Vera.
”Ada apa kok sedih?” tanya Vera lagi saat Putri ditanya hanya diam dan melamun.
”Tidak ada apa-apa,” jawab Putri.
”Kamu sakit?” tanya Vera lagi sambil meletakkan tangannya di dahi Putri.
”Tidak panas,” kata Vera lagi.
”Tidak apa-apa kok cuma lagi banyak pikiran saja,” jawab Putri asal.
”Kayaknya harus panggil Arman nih, biar dihibur,” ledek Vera.
”Apaan sih, tidak ada hubungannya juga sama dia,” kata Putri.
Kebetulan Arman saat itu lewat di dekat mereka, Vera segera memanggil Arman untuk mendekat.
”Ada apa ?” tanya Arman.
”Itu, Putri lagi sedih dihibur sana,” kata Vera.
”Kenapa kok sedih katakan saja jangan dipendam biar lega,” kata Arman.
Putri hanya diam dan menghela napas panjang.
”Percaya sama aku,” kata Arman meyakinkan.
”Begini ... kemarin Ayah dan Ibuku bertengkar hebat sekarang entahlah,” kata Putri.
”Aku kasihan sama Ibu selalu disakiti Ayah, tapi aku sendiri tak mampu berbuat apa-apa,” kata Putri lagi. Arman dan Vera mendengarkan semua cerita Putri tentang kedua orang tuanya. Dan mulai memahami akan kondisi Putri saat ini.