Malam harinya.
Sami tampak bersantai dengan keluarga kecilnya yang harmonis saat selesai isya. Mereka berada di luar teras rumah, saling bercengkrama dan bercanda tawa. Tak lama kemudian sebuah mobil putih berhenti tepat dihalaman rumah.
"Temen kamu ya Sam?" Tanya Ama, ibu kandung Sami.
"Bukan deh kayaknya Bu." Sami merasa tak yakin. Lalu terlihatlah dua orang pria turun dari mobil tersebut. Dan dengan mudah Dian, ayah kandung Sami langsung dapat mengenali mereka.
"Assalamualaikum." Ucap tamu tersebut dengan ramah. Sami dan yang lain menyambut kedatangan mereka dengan sangat hangat.
"Wa'alaikumusalam Pak, ayo Pak Alfin silahkan masuk." Ajak Ama. Alfin adalah tetangga mereka yang sangat baik hati dan dermawan. Ia telah membantu mereka yang susah dengan mempersilahkan untuk menepati rumah kosong miliknya kepada keluarga Sami. Ia datang bersama dengan anak keduanya, Laskar namanya. Wajah mereka mirip, selalu murah senyum dan ramah tamah kepada siapa pun.
"Gak papa, saya disini aja. Saya cuman mau ngomong sesuatu sama Pak Dian dan sekeluarga." Ucap Alfin sopan.
"Ngomong apa itu ya Pak?" Tanggap Dian.
"Bahwa saya dan keluarga mengundang keluarga Bapak untuk hadir dalam pernikahan anak saya, Intan Sari minggu ini. Silakan diterimaundangannya." Alfin memyerahkan sebuah kertas undangan tersebut pada Dian.
"Wah Masyaallah, Intan akan menikah saya ikut senang mendengarnya Pak." Ungkap Ama senang.
"Iya Bu, saya dan Papa sangat berharap Ibu dan keluarga datang dalam acara pernikahan Kakak Laskar. Jangan sampai gak datang ya, Laskar nunggu." Ucap Laskar rendah hati.
"Iya-iya Nak, kami usahakan untuk datang ya." Kata Dian dengan senyuman.
"Kamu juga datang ya Nak." Alfin mengarah pada keberadaan Sami.
"Insyaallah Pak, diusahakan. Sebelumnya terima kasih banyak ya Pak sudah mengundang keluarga Sami." Sami tampak sungkan.
"Iya sama-sama, kalau begitu saya dan Laskar pamit pulang dulu ya."pamit nya.
"Iya Pak, sekali lagi terimakasih banyak." Ucap Dian. Alfin mengangguk tersenyum. Lalu Laskar menyalim tangan Dian juga Ama. Dan antaranya dengan Sami saling mengatup tangan untuk saling menjaga dan menghargai sebagai muslim yang bukan mahramnya. Laskar benar-benar sangat sopan dan lembut. Sami suka dengan kepribadian yang dimiliki oleh Laskar tersebut sangat menyentuh hatinya.
Di luar sedang turun hujan. Sami yang sedang menunggu angkutan umum lewat, memilih berteduh di deapn sebuah toko yang masih tutup. Sami tidak membawa payung ataupun jaket, mau tak mau ia harus menunggu hujan sedikit meredah. Keadaa jalan sangat ramai dengan kendaraan. Sepertinya sedang terjadi macet parah. Dapat dipastikan ia akan tiba di kampus dalam waktu yang lama.
Sami menghela nafas. Lalu ia melihat seorang kakek pemulung yang sedikit berlari dan ikut berteduh ditempat yang sama dengan Sami. Separuh tubuh kakek pemulung setengah basah karena terguyur hujan. Entah kenapa Sami merasa kasihan dengan si pemulung tersebut. Seharusnya setua itu perbanyak istirahat dirumah. Namun keadaan memaksanya untuk keluar rumah demi mencukupi kehidupannya yang susah itu. Dan ia melihat kakek tersebut tampak sedang menahan lapar. Sami menngingat pada bekalnya untuk di kampus nanti. Ia pun langsung mengeluarkan bekalnya dari dalam tas ranselnya.
"Kek, ini Sami ada makanan sedikit buat Kakek. Lumayanlah buat isi perut Kakek yang kelaparan." Kata Sami lembut sembari menyerahkan bekalnya itu.
"Gausah Ndok, Kakek nanti bisa beli. Itu kan punya kamu." Tolak Kakek sopan.
"Gak papa Kek ambil aja. Supaya Kakek ada tenaganya." Sami berusaha menyakinkannya. Dan pada akhirnya Kakek tersebut pun menerima bekal dari Sami. Ia juga mengeluarkan botol minumannya berisi air hangat yang sengaja dibawanya dari rumah dan memberikannya juga pada si Kakek.
"Ayo Kek dimakan." Kata Sami dengan senyuman manis. Kakek yang memang kelaparan pun perlahan memakan makanan dari Sami tersebut. Sami tersenyum memperhatikan. Tak lama Sami mendapatkan panggilan masuk dari Salsa.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumusalam, ada apa Sal?"